Semua Sedang Berdansa Politik Dengan Jokowi Sebagai Dirigen

Oleh: Andre Vincent Wenas 

JurnalPatroliNews – Jakarta – Tahun lalu (mulai Februari 2022) selama lebih kurang 9 bulan secara on-line PSI melakukan jajak pendapat siapa yang dianggap pantas meneruskan kerja baik Jokowi. Bersifat terbuka, namanya “Rembuk Rakyat: Mencari Penerus Jokowi”. Dan PSI lewat Wakil Ketua Dewan Pembina, Grace Natalie, mengumumkan hasilnya pada Oktober 2022: 

Ganjar Pranowo (49,96%), Erick Thohir (19,96%), Mohammad Mahfud MD (6,04%), Mochamad Ridwan Kamil (5,94%), Muhammad Andika Perkasa (4.94%), Najwa Shihab (4.00%), Emil Elestianto Dardak (3.12%), Muhammad Tito Karnavian (3.05%), Sri Mulyani Indrawati (3.00%). 

Perlu diingat, bahwa Grace Natalie saat itu hanya mengumumkan hasil pilihan responden. Ini bukan pilihan para elit PSI. Tak ada yang salah dengan hal itu. Rembuk Rakyat (polling) itu adalah hal yang biasa saja. 

Pada saat itu PSI juga berembuk lagi secara internal dan akhirnya memasangkannya dengan Yenny Wahid sebagai bakal calon wakil presiden. Jadilah saat itu pasangan lengkap yang pertama diumumkan oleh PSI: Ganjar Pranowo – Yenny Wahid. Bacapres dan bacawapres, lengkap.

Sementara parpol lain belum bisa menentukan, alasan klasiknya masih membangun komunikasi politik, masih berproses. Atau bahasa terangnya, negosiasinya belum final. Ini politik transaksional, tak lain tak bukan.

Tapi kemudian PSI dituduh membajak kader parpol lain sebagai bacapres, aneh! Lha itu khan hasil Rembuk Rakyat (jajak pendapat, polling terbuka), artinya ya pilihan responden (pada saat itu). PSI hanya mengumumkan saja.

Lagi pula, kita juga ingat saat itu PDIP masih giat-giatnya mencoba mempromosikan Puan Maharani, dengan ribuan baliho dan spanduk yang bertebaran di seantero Nusantara. Plus sementara elit PDIP pun banyak mendiskreditkan Ganjar di ruang publik.

Tapi apa mau dikata, faktanya elektabilitas Puan tak bisa terangkat juga. Singkat cerita, pada hari Kartini 21 April 2023 Ganjar Pranowo pun akhirnya dideklarasikan sebagai bakal calon presiden oleh PDIP di Batutulis Bogor.

Pak Jokowi tergopoh-gopoh dari Solo ke Bogor, cengkerama dengan keluarga diinterupsi. Untunglah ia berjiwa besar, tetap tersenyum, dan akhirnya mengajak Ganjar pulang bareng semobil.

Lalu santer terdengar ada “kontrak politik” oleh PDIP yang telah mengikat Ganjar. Entahlah. Tapi isu ini terus berembus.

Seperti banyak dibilang oleh para pakar, bahwa politik itu dinamis. Konstelasinya berubah terus. 

Saat ini Ganjar diperlakukan oleh PDIP sebagai propertinya yang harus tunduk pada partai, atau tepatnya tunduk pada kemauan ketua umum partai.

Komentar