JurnalPatroliNews – China – Pasar saham di Indonesia kembali diterpa tekanan setelah upaya rebound yang sempat muncul di awal sesi perdagangan gagal mempertahankan momentum. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sempat menguat cukup signifikan pada Rabu pagi (9 April 2025), akhirnya ditutup turun ke level 5.967,98 atau melemah 0,47 persen.
Kondisi ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China. Langkah balasan dari Beijing terhadap tarif tinggi yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump, justru memperuncing konflik. China diketahui mengenakan tarif sebesar 34 persen atas berbagai produk dari AS, sebagai respons keras terhadap kebijakan perdagangan Gedung Putih.
Namun, alih-alih meredakan ketegangan, Trump justru menanggapi dengan rencana tarif tambahan hingga 50 persen, yang jika diakumulasikan menjadikan total beban tarif pada produk China mencapai 104 persen. Konflik dagang ini tak kunjung menunjukkan tanda-tanda mereda, dan kini menjadi beban besar bagi pelaku pasar global, terutama di Asia.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, bahkan menyebut langkah balasan dari China sebagai sebuah “kesalahan besar”, sambil menegaskan bahwa ekspor AS ke China jauh lebih kecil dibandingkan ekspor China ke AS. Ia juga menggarisbawahi defisit perdagangan AS-China yang mencapai angka $300 miliar pada 2024—mencakup sepertiga dari total defisit perdagangan internasional AS.
Dampaknya langsung terasa di bursa-bursa Asia. Indeks Nikkei di Jepang merosot tajam 3,93 persen ke posisi 31.714,03. Di Korea Selatan, KOSPI turun 1,74 persen ke level 2.293,7, sementara ASX 200 Australia juga tak luput dari tekanan dengan penurunan 1,8 persen ke 7.375,0.
IHSG sempat menunjukkan optimisme pagi hari, naik hingga 1,61 persen dan sempat menyentuh level 6.092,41. Namun, tekanan global membuat penguatan tersebut memudar secara bertahap hingga sesi siang. Pada paruh kedua perdagangan, indeks mulai tertekan lebih dalam, meskipun pelemahannya masih tergolong moderat.
Kondisi ini mencerminkan kehati-hatian investor dalam menyikapi perang dagang yang semakin meluas. Bahkan sentimen positif dari pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral India sebesar 0,25 persen ke level 6 persen tak cukup kuat untuk mengimbangi ketegangan geopolitik.
Walau IHSG berakhir di zona merah, pergerakan saham-saham unggulan cenderung bervariasi. Sejumlah saham besar seperti BMRI, BBCA, BBNI, TLKM, ADRO, ASII, UNTR, ISAT, dan PGAS justru menutup hari dengan kinerja positif. Sementara itu, beberapa saham lain seperti BBRI, UNVR, INDF, dan ICBP masih terbebani tekanan jual dan berada di zona merah.
Kondisi ini menunjukkan bahwa investor saat ini sedang bermain aman di tengah ketidakpastian global, sambil menunggu arah yang lebih jelas dari konflik dagang yang kian membara.
Komentar