JurnalPatroliNews – Jakarta – Intensitas kunjungan beberapa menteri Kabinet Merah Putih ke Presiden ke-7 RI, Joko Widodo di Solo belakangan ini menuai sorotan tajam. Menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, frekuensi kunjungan yang tinggi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang loyalitas mereka terhadap pemerintahan saat ini.
“Kalau cuma sekadar silaturahmi, tidak perlu sampai sering-sering begitu. Setahun sekali saja sudah cukup untuk menjaga hubungan baik,” kata Jamiluddin, Senin 15 April 2025.
Ia menilai, padatnya jadwal para menteri seharusnya menjadi alasan logis untuk membatasi pertemuan non-formal, apalagi jika berulang kali terjadi di luar agenda resmi negara. Jamiluddin menduga, ada pembicaraan lebih dari sekadar pertemanan di balik pertemuan-pertemuan tersebut.
“Wajar kalau publik mencurigai pertemuan itu bukan semata silaturahmi. Bisa jadi ada urusan strategis yang dibahas, yang semestinya menjadi ranah kabinet aktif,” tegasnya.
Ia pun menyarankan agar Presiden terpilih Prabowo Subianto melakukan evaluasi terhadap para menteri yang terindikasi masih menunjukkan loyalitas kepada Jokowi. Menurutnya, seorang menteri seharusnya hanya memiliki satu komando.
“Kalau masih menjadikan Jokowi sebagai ‘nakhoda’, padahal saat ini sudah di bawah pimpinan baru, maka perlu tindakan tegas. Menteri seperti itu perlu segera direshuffle karena loyalitasnya tidak utuh,” jelas Jamiluddin.
Belakangan ini, sejumlah nama menteri diketahui mengunjungi kediaman Jokowi di Solo, seperti Menko Perekonomian Zulkifli Hasan, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, serta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Yang menarik, dua di antaranya—Trenggono dan Budi Gunadi—secara terbuka masih menyebut Jokowi sebagai “bos”. Trenggono bahkan menyatakan, “Silaturahmi dengan mantan bos saya. Bahkan sekarang pun masih bos saya.”
Pernyataan senada datang dari Budi Gunadi. “Kami silaturahmi karena Pak Jokowi adalah bos saya. Saya dan istri datang untuk mohon maaf lahir batin, juga minta doa agar beliau dan Ibu sehat selalu,” ujarnya.
Situasi ini pun mengundang sorotan tajam di tengah transisi pemerintahan, yang menurut para pengamat menuntut loyalitas dan etika politik yang tegak lurus terhadap pemimpin aktif.
Komentar