JurnalPatroliNews – Jakarta – Hubungan panas antara India dan Pakistan kembali memuncak pasca serangan maut di Kashmir pada Selasa, 22 April 2025. Menyusul insiden tersebut, Pakistan mengambil langkah tegas dengan menutup wilayah udaranya untuk penerbangan dari India.
Menurut laporan Reuters pada Sabtu, 26 April 2025, maskapai-maskapai India seperti Air India dan IndiGo terpaksa melakukan perubahan rute sejak Kamis lalu, yang berdampak besar pada biaya operasional mereka.
Larangan ini menghantam keras Bandara Internasional New Delhi — salah satu pusat penerbangan tersibuk di dunia — yang selama ini bergantung pada jalur udara Pakistan untuk penerbangan menuju Eropa dan Timur Tengah.
Data dari Cirium Ascend mencatat, Air India, IndiGo, dan Air India Express bersama-sama mengoperasikan sekitar 1.200 penerbangan dari New Delhi ke Eropa, Amerika Utara, dan Timur Tengah sepanjang April 2025.
Akibat pengalihan rute, waktu tempuh ke kawasan Timur Tengah bertambah lebih dari satu jam, konsumsi bahan bakar melonjak, dan kapasitas pengangkutan kargo menurun. Padahal, biaya bahan bakar mencakup sekitar 30 persen dari total pengeluaran operasional maskapai — menjadikannya tantangan serius.
IndiGo, maskapai berbiaya rendah terbesar di India, telah mengumumkan perubahan pada sekitar 50 jalur internasional dan bahkan membatalkan layanan ke Almaty dan Tashkent mulai 27 April hingga setidaknya 7 Mei 2025.
Seorang pilot maskapai India mengungkapkan bahwa situasi ini memaksa perusahaan untuk mengatur ulang batas jam kerja kru dan merombak daftar penerbangan di menit-menit terakhir.
“Tim maskapai kini harus berjibaku hingga larut malam untuk menyesuaikan semua perubahan mendadak ini,” ujar sumber yang tidak ingin disebutkan namanya.
Data dari FlightAware menunjukkan bahwa penerbangan IndiGo 6E1803 dari New Delhi ke Baku pada 24 April membutuhkan 5 jam 43 menit melalui jalur baru. Sebagai perbandingan, sehari sebelumnya, waktu tempuhnya hanya 5 jam 5 menit saat masih bisa melewati wilayah udara Pakistan.
Blokade ini dijadwalkan berlangsung hingga 23 Mei 2025. Situasi serupa pernah terjadi pada 2019, di mana India mengalami kerugian sekitar 64 juta dolar AS akibat penutupan jalur udara Pakistan selama lima bulan.
Ketegangan diplomatik kian memanas setelah New Delhi menuduh Pakistan mendalangi serangan di Kashmir yang menewaskan 26 orang. Sebagai balasan, India menunda kesepakatan berbagi air sungai, mengusir diplomat Pakistan, serta menarik duta besarnya dari Islamabad.
Pakistan sendiri dengan tegas membantah tudingan tersebut.
Komentar