JurnalPatroliNews – Jakarta – Rencana Kementerian Kebudayaan untuk menyusun kembali narasi sejarah nasional Indonesia menuai tanggapan dari berbagai kalangan. Salah satunya datang dari mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, yang menegaskan pentingnya menjaga integritas sejarah bangsa.
Anies memberikan pesan khusus kepada Menteri Kebudayaan Fadli Zon agar tidak menyingkirkan bagian-bagian gelap dari masa lalu, seperti tragedi kemanusiaan Mei 1998 yang mencoreng sejarah negeri. Ia menekankan bahwa pengakuan terhadap kenyataan baik pencapaian maupun penderitaan adalah landasan utama bagi rekonsiliasi nasional dan pembelajaran kolektif.
“Kita adalah bangsa yang besar. Dan bangsa yang besar tak mungkin melupakan sejarahnya, termasuk bagian-bagian yang paling menyakitkan,” ujar Anies dalam pernyataan tertulis yang disampaikan Jumat, 20 Juni 2025.
Menurut Anies, menuliskan sejarah hanya dari sisi keberhasilan semata akan merusak maknanya. Ia menilai narasi sejarah harus mencerminkan keseluruhan perjalanan bangsa, termasuk fase pembangunan era Orde Baru serta luka sosial akibat peristiwa kelam seperti kekerasan Mei 1998.
“Jika kita memilih menutup mata terhadap masa lalu yang menyakitkan, kita justru menjauh dari semangat keadilan sosial dan merapuhkan fondasi persatuan,” tambahnya.
Anies, yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022, juga mengajak pemerintah agar menulis sejarah dengan keberanian moral, menyampaikan kenyataan secara jujur dan menyeluruh.
“Biarkan prestasi menjadi sumber kebanggaan, dan biarkan luka-luka masa lalu menjadi pengingat serta pelajaran bagi masa depan,” tutupnya.
Rencana penulisan ulang sejarah ini akan melibatkan para sejarawan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Namun, isu seleksi narasi sejarah yang dianggap sensitif menjadi perhatian publik, terlebih dalam konteks trauma kolektif yang belum sepenuhnya dipulihkan.
Komentar