Bupati Bandung Luruskan Isu Penolakan Program Barak Militer untuk Pembinaan Pelajar

JurnalPatroliNews – Bupati Bandung, Dadang Supriatna, atau yang akrab disapa Kang DS, angkat bicara mengenai pemberitaan yang menyebut dirinya menolak program pembinaan pelajar bermasalah di barak militer. Melalui pernyataan resminya pada Selasa (24/6), Kang DS menjelaskan bahwa informasi tersebut tidak utuh dan bisa menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.

Ia menegaskan, dirinya tidak menolak program yang diajukan Gubernur Jawa Barat. Bahkan, Pemerintah Kabupaten Bandung sudah menyiapkan fasilitas barak di Yonif 330 Nagreg sebagai dukungan terhadap program tersebut. Namun, Kang DS menekankan pentingnya pendekatan spiritual terlebih dahulu, seperti melalui program Maghrib Mengaji, sebelum menggunakan pendekatan disiplin ala militer.

“Program Maghrib Mengaji bisa menjadi langkah awal untuk membina karakter anak-anak yang dianggap bermasalah, melalui penguatan nilai keagamaan dan moral sejak dini,” jelasnya.

Menurutnya, pembentukan karakter generasi muda tidak hanya bisa diserahkan pada satu pihak saja, tetapi harus melibatkan kolaborasi antara pemerintah daerah, pemerintah provinsi, guru, dan para orang tua.

“Pemda sebagai perpanjangan tangan provinsi tentu siap bekerja sama. Mencetak generasi yang cerdas dan berkarakter adalah tanggung jawab bersama,” tambahnya.

Ia juga menyebut program Maghrib Mengaji bukan hal baru di Kabupaten Bandung, namun implementasinya masih menghadapi tantangan. Salah satunya adalah akses anak terhadap kegiatan mengaji yang belum merata di semua wilayah. Oleh karena itu, ia mendorong adanya regulasi tambahan serta peran aktif orang tua dalam mengawasi kegiatan anak di luar sekolah.

Kang DS menilai situasi pelajar di Kabupaten Bandung saat ini relatif kondusif dan tidak ditemukan kasus tawuran pelajar seperti di wilayah lain. Sejak tiga tahun terakhir, Pemkab Bandung telah memperkuat pendidikan karakter melalui muatan lokal yang diterapkan di tingkat TK, SD, dan SMP.

Ada tiga mata pelajaran lokal yang diintegrasikan, yakni Pendidikan Pancasila dan UUD 1945 untuk membentuk kesadaran kebangsaan, Bahasa dan Budaya Sunda untuk memperkuat jati diri, serta pelajaran Mengaji dan Hafalan Al-Qur’an guna menanamkan nilai spiritual dan akhlak mulia.

Sebagai bentuk komitmen terhadap pendidikan keagamaan, Pemkab Bandung juga memberikan insentif bagi lebih dari 17 ribu guru ngaji dengan total anggaran mencapai Rp109 miliar per tahun. Dukungan ini diklaim sebagai salah satu yang terbesar di Indonesia.

Menutup klarifikasinya, Kang DS mengajak masyarakat untuk lebih cermat dalam menyikapi informasi yang beredar dan tidak mudah terprovokasi oleh pemberitaan yang tidak lengkap. Ia berharap, fokus utama masyarakat tetap pada pembentukan generasi muda yang unggul dalam akhlak dan karakter.

Komentar