Eka Bama Putra Ingatkan Prinsip STOP Saat Tersesat di Gunung

JurnalPatroliNews – Jakarta – Salah satu pendiri Elpala SMAN 68 Jakarta, Eka Bama Putra, mengingatkan pentingnya ketenangan dan perencanaan jika tersesat di gunung. Pendaki yang telah menggeluti dunia pendakian sejak 1986 ini menegaskan, kunci utama adalah menerapkan prinsip S.T.O.P: Sit, Thinking, Observation, Planning.

“Kalau tersesat, jangan panik. Duduk dulu, pikirkan langkah berikutnya, amati sekitar, lalu rencanakan jalan keluar,” jelas Bama, Sabtu (29/6).

Menurutnya, jika kehilangan arah, pilihan terbaik adalah kembali ke arah puncak. Jalur utama atau titik orientasi lebih mudah ditemukan dari sana ketimbang nekat turun ke jurang atau lembah.

Berapa Lama Bisa Bertahan di Gunung?

Bama juga mengingatkan soal batas daya tahan manusia di alam liar. Seseorang umumnya mampu bertahan:

Tiga hari tanpa air,

Lebih dari seminggu tanpa makanan, asalkan ada sumber air.

Namun, jika mengalami cedera parah seperti patah tulang, daya tahan tubuh akan turun drastis, bahkan hingga 30 persen per hari.

“Dengan kondisi luka serius, apalagi di pegunungan yang ekstrem, peluang bertahan hidup hanya hitungan hari jika tak segera mendapat bantuan,” ujarnya.

Pengalaman SAR Elpala Tahun 1990

Bama tak sekadar berbicara teori. Ia pernah terlibat langsung dalam operasi pencarian anggota Elpala, Yudha Sentika, yang hilang pada 1990. Saat itu, Bama dipercaya menjadi koordinator pencarian bersama pendaki legendaris Mapala UI, Norman Edwin.

“Pencarian kami berlangsung lebih dari sebulan, tapi sayangnya Yudha tak pernah ditemukan. Itu jadi pengalaman pahit, sekaligus pelajaran penting soal pentingnya persiapan dan kewaspadaan,” ungkapnya.

Bama menegaskan, keindahan gunung selalu diiringi risiko. Oleh sebab itu, pengetahuan navigasi, survival, dan kesiapan mental adalah hal mutlak bagi siapa pun yang ingin menikmati alam bebas dengan aman.

Komentar