47 Kepala Sekolah Rakyat Diperkenalkan Teknologi AI untuk Gali Potensi Siswa dan Guru

JurnalPatroliNews – Jakarta – Sebanyak 47 Kepala Sekolah Rakyat yang mengikuti retret tahap kedua mendapat pelatihan mengenai penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi potensi individu, baik dari kalangan siswa maupun tenaga pengajar. Inisiatif ini menjadi bagian dari persiapan implementasi Sekolah Rakyat, program pendidikan inklusif yang digagas Kementerian Sosial.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf dalam sambutannya saat membuka kegiatan di Gedung Pusdiklat Kesos, Jakarta Selatan, Rabu (2/7), menjelaskan bahwa teknologi AI ini dirancang untuk membantu para kepala sekolah mengenali kekuatan dan bakat khusus setiap siswa serta guru yang akan terlibat di Sekolah Rakyat.

“Melalui pengenalan AI, para kepala sekolah akan lebih peka dalam memahami kemampuan unik setiap individu yang akan mereka bimbing,” ujar Saifullah.

Ia juga menegaskan bahwa Sekolah Rakyat tidak menerapkan seleksi akademik sebagai syarat masuk. Calon siswa hanya perlu lolos verifikasi administratif dan pemeriksaan kesehatan. Kurikulum serta modul pembelajaran pun sudah disiapkan secara mandiri, termasuk sistem AI yang dikembangkan tanpa biaya oleh para relawan.

“Semua dilakukan secara swadaya. Tim pengembangnya bahkan menolak dibayar, karena mereka memiliki semangat yang sama: membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu,” imbuhnya.

Retret tahap kedua ini digelar selama lima hari, dari 2 hingga 7 Juli 2025. Tiga hari pertama berlangsung di Jakarta Selatan, sementara dua hari berikutnya dilanjutkan di markas Resimen Arhanud 1/Faletehan. Peserta yang ikut merupakan ASN dari berbagai daerah yang telah lolos seleksi menjadi kepala sekolah untuk Sekolah Rakyat.

Retret ini merupakan salah satu langkah penting dalam pelaksanaan program pendidikan afirmatif tersebut. Sekolah Rakyat ditargetkan akan menerima hingga 20 ribu anak dari keluarga penerima manfaat (KPM) program bantuan sosial di berbagai wilayah di Indonesia sepanjang tahun ini.

“Fokus kami adalah anak-anak dari keluarga termiskin, masuk dalam desil 1 atau kelompok 10 persen masyarakat dengan kondisi ekonomi paling rentan. Mereka semua punya potensi luar biasa, hanya saja belum terlihat karena belum diberi ruang,” tutur Saifullah.

Adapun retret tahap pertama telah dilaksanakan pada 16–20 Juni 2025, dengan jumlah peserta sebanyak 52 kepala sekolah. Dalam sesi awal itu, mereka dibekali materi tentang konsep dasar Sekolah Rakyat, pembentukan karakter, dan pelatihan kedisiplinan.

Komentar