Pemerintah Belum Ada Rencana Beli Pesawat MV-22 Osprey Yang di Klaim AS, Ini Penjelasa Kemhan

JurnalPatroliNews-Jakarta,– Pembelian pesawat angkut militer jenis MV-22 Block C Osprey buatan Boeing tidak jelas. Kabar ini bermula dari pernyataan resmi lembaga pertahanan Amerika Serikat 6 Juli lalu, namun sehari berselang langsung dibantah oleh Kementerian Pertahanan yang dikomandoi Prabowo Subianto.

Dalam siaran persnya, Badan Kerja Sama Pertahanan Keamanan AS (Defense Security Cooperation Agency/DSCA) yang dikeluarkan di Washington DC, AS (6/7) waktu setempat, memberikan lampu hijau terkait pengajuan pembelian delapan unit pesawat militer Osprey kepada pemerintah Indonesia.

DSCA juga mengklaim telah mengirim notifikasi akan kemungkinan penjualan Osprey tersebut ke Kongres AS pada hari yang sama.

Indonesia dikabarkan turut mengajukan pembelian alat militer lain seperti 20 buah penerima peringatan rudal, sistem navigasi udara, 24 buah AE 1107C Rolls Royce Engine, sebanyak 20 buah sistem navigasi lintas udara, 20 senjata mesin jenis M-240-D 7.64mm.

Total belanja RI untuk pesawat dan sejumlah alat militer lainnya ditaksir mencapai US$2 miliar atau setara Rp28,8 triliun.

Namun pernyataan resmi AS itu langsung dibantah oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemhan) Donny Ermawan Taufanto.

Donny menegaskan pemerintah melalui Kementerian Pertahanan justru belum memiliki rencana melakukan pembelian pesawat angkut militer jenis MV-22 Block C Osprey dari Amerika Serikat (AS).

“Belum, kita belum ada untuk merencanakan (beli) pesawat yang Osprey,” kata Donny kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Rabu (8/7).

Rencana pembelian pesawat Osprey ini bergulir di tengah amarah Presiden Joko Widodo soal realisasi anggaran kementerian yang masih minim.

Jokowi ingin Kementerian yang memiliki anggaran besar segera merealisasikan anggaran belanjanya untuk menggerakkan perekonomian di masa pandemi virus corona.

Kementerian Pertahanan jadi salah satu yang disorot Jokowi. Anggaran Kemenhan untuk tahun ini sebesar Rp117,9 triliun.

Namun Jokowi mengingatkan agar setiap kementerian untuk tidak melakukan belanja barang dari luar negeri alias impor.

“Misalnya di Kementerian Pertahanan, bisa saja di Dirgantara Indonesia, beli di Pindad, beli di Pal Indonesia. Yang bayar di sini ya yang tunai, tunai, tunai. APBN beli produk dalam negeri. Saya kira Pak Menteri Pertahanan juga lebih tahu mengenai hal ini,” terang Jokowi.

Seolah mengamini arahan Jokowi, Kemenhan menyatakan saat ini lebih mengutamakan produk buatan dalam negeri dalam pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista).

“Jadi pesawat-pesawat yang kami bisa pergunakan industri dalam negeri, kami pergunakan industri dalam negeri dulu,” kata Donny.

Donny bahkan menduga AS melakukan klaim sepihak terkait rencana pembelian pesawat angkut militer modern itu.

“Mungkin bisa seperti itu ya, saya belum tahu, tapi intinya kita belum ada mengarah ke pembelian ke sana,” ujarnya.

MV-22 Osprey sendiri adalah pesawat angkut militer. Osprey mampu mengangkut 24 orang dengan kecepatan dua kali lebih cepat dan lima kali lebih jauh dari helikopter biasa.

Pesawat memiliki kecepatan maksimal 500 km per jam. Pesawat juga memiliki radius misi sebesar 428 nautical mile (nm) atau sekitar 792 kilometer.

MV-22 Osprey memiliki panjang 17 meter, lebar 25,78 meter dan tinggi 6,73 meter. Pesawat memiliki berat sekitar 23,8 ribu kilogram.

Pesawat ini menggunakan teknologi tilrotor yang menggabungkan performa vertikal selayaknya helikopter dengan kecepatan dan radius misi seperti pesawat fixed-wing.

Pesawat yang diproduksi oleh manufaktur Boeing dan Bell Textron ini memiliki kemampuan vertical takeoff and landing (VTOL), dan short takeoff and landing (STOL).

Di Amerika Serikat, MV-22 Osprey merupakan pendukung korps Marinir. Dilansir dari Millitary, Osprey merupakan pesawat yang unik karena menggunakan dua mesin yang berada di ujung fixed wing. Fixed wing ditempatkan di nasel yang berputar.

Dilansir dari Boeing, teknologi ini memungkinkan MV-22 mendarat dan lepas landas secara vertikal, tetapi mencapai penerbangan yang jauh lebih cepat dari helikopter biasa. (lk/*)

Komentar