Ramai-ramai AS & Sekutu ‘Kepung’ China di Laut China Selatan

JurnalPatroliNews – Jakarta, — Konflik di Laut China Selatan (LCS) sepertinya masih jauh dari kata usai. Baru-baru ini, satu lagi sekutu Amerika Serikat (AS), yakni Jerman, menyatakan akan ikut bergabung dalam misi di lautan kaya migas itu.

Dilansir Reuters, Berlin akan menurunkan armada tempur maritimnya pada Agustus mendatang. Hal itu merupakan pengiriman pertama kapal tempur milik Jerman ke perairan itu sejak tahun 2002.

Pengiriman armada ini merupakan bentuk bantuan terhadap sekutu NATO mereka, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis yang telah melaksanakan operasi untuk menegakkan “peraturan internasional” di wilayah perairan yang kaya akan hasil migas itu.

Namun, Berlin juga mengatakan bahwa mereka tidak akan memasuki garis pantai 12 mil dari pulau-pulau yang diklaim oleh China.

Masuknya kapal milik Jerman ini menambah panjang daftar sekutu AS yang ikut membantu Washington menahan ekspansi China di LCS. Sebelumnya Prancis telah mengirimkan kapal selam penyerang ke laut itu bulan ini.

Sekutu AS lainnya, Inggris, juga tak ingin melewatkan misi serupa. Pada bulan lalu, seorang pejabat pertahanan Inggris mengatakan kapal induk utama Inggris itu siap memasuki jalur air.

Selain tiga negara itu, sebuah kapal perang Angkatan Laut Kanada berlayar di dekat laut pada bulan Januari dengan melewati Selat Taiwan dalam perjalanannya untuk bergabung dalam latihan dengan angkatan laut Australia, Jepang, dan AS di LCS.

AS dan sekutunya berdalih bahwa operasi ini adalah operasi untuk menjalankan kebebasan navigasi di perairan itu. Pihaknya menyatakan ekspansi sepihak China di LCS telah menimbulkan ketakutan baru bagi lalu lintas maritim dan perikanan.

China pun bereaksi. Mengutip surat kabar milik pemerintah Global Times, Administrasi Keselamatan Maritim China di situsnya bulan lalu mengatakan bahwa latihan militer akan diadakan di zona melingkar di wilayah LCS sebelah barat Semenanjung Leizhou, dari Senin (1/3/2021) hingga 31 Maret mendatang. Dalam latihan itu kapal lain dilarang masuk ke zona pelatihan.

Sejak Juli 2020, China memang diketahui telah mengadakan beberapa putaran latihan militer di wilayah tersebut.

Langkah Beijing ini dinilai sebagai upaya balasan dari latihan militer yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di sana.

Tak hanya dari negara-negara barat, beberapa claimant state di perairan itu seperti Vietnam dan Filipina, juga bermanuver.

Vietnam dilaporkan sedang membangun kekuatan militer di beberapa kepulauan yang disengketakan dengan China di LCS. Di pulau-pulau kecil itu, negeri Paman Ho itu dilaporkan membuat bunker dan landasan pacu untuk memperkuat pertahanan udara.

Sementara Filipina menyatakan akan meningkatkan kehadiran angkatan laut di LCS untuk melindungi para nelayannya. Hal tersebut dilakukan karena kekhawatiran tumbuh tentang operasi penjaga pantai China di perairan yang disengketakan itu.

Ekspansi China sendiri ke wilayah sengketa itu diketahui sangatlah masif. Beijing dilaporkan telah membangun kota seluas 800 ribu mil persegi salah satu kepulauan LCS yang disengketakan, Paracel. Kota itu dinamai Shansa. Luasnya setara 1.700 kali luas New York City.

Di kota itu, China sudah membuat beberapa fasilitas kelas kota yang memiliki fasilitas seperti desalinasi air laut dan fasilitas pengolahan limbah, perumahan publik baru, sistem peradilan yang berfungsi, jangkauan jaringan 5G, sekolah, dan penerbangan charter reguler

[cnbc]

Komentar