Korsel-AS Latihan Militer Gabungan, Korut ‘Ngamuk’ Lagi?

JurnalPatroliNews – Jakarta,– Korea Selatan (korsel) dan Amerika Serikat (AS) bakal melakukan latihan militer tahunan gabungan yang dimulai Senin (8/3/2021). Namun, kegiatan kali ini dilakukan dengan lingkup latihan yang lebih kecil akibat pandemi Covid-19.

“Pelatihan tahunan yang akan datang adalah latihan pos komando simulasi komputer yang sangat defensif,” kata Kepala Staf Gabungan Korsel dalam sebuah pernyataan pada Minggu (7/3/2021), menambahkan mereka melanjutkan rencana setelah mempertimbangkan pandemi, dilansir dari AFP.

Namun latihan sembilan hari yang dimulai hari Senin tersebut kemungkinan akan membuat marah Korea Utara (Korut). Sejak lama, Korut menganggap latihan bersama Korsel dan AS sebagai latihan untuk invasi Pyongyang.

Latihan itu juga dilakukan saat pembicaraan nuklir antara Korut dan AS, di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden, menemui jalan buntu.

Korut yang bersenjata nuklir dan sempat menyerang Korsel pada tahun 1950 dan memicu Perang Korea, secara rutin dibuat marah oleh latihan militer antara AS dan Korsel.

Sekutu memutuskan untuk melakukan latihan gabungan untuk “pemeliharaan postur kesiapan tempur dan untuk mendukung upaya diplomatik untuk denuklirisasi dan pembentukan perdamaian di semenanjung Korea,” kata pernyataan itu.

Ada hampir 30.000 tentara AS yang ditempatkan di Korsel. Latihan tahunan mereka dengan puluhan ribu tentara Korea Selatan selalu membuat marah Korut, yang mengutuk manuver itu sebagai rencana ofensif.

Tetapi, setelah pertemuan puncak pertama antara AS dan Korut di Singapura pada Juni 2018, Presiden ke-45 AS Donald Trump mengatakan Washington akan menangguhkan latihan militer bersama yang “sangat provokatif” dengan Korsel.

Tetapi pertemuan kedua yang diadakan di Hanoi pada Februari 2019 berakhir lebih awal tanpa kemajuan menuju tujuan Washington untuk membuat Korut menanggalkan program senjata nuklir.

Para ahli mengatakan Korut mungkin menggunakan latihan militer yang akan datang untuk melancarkan provokasi baru terhadap Washington saat berusaha menguji pemerintahan Biden saat ini.

(cnbc)

Komentar