3T Rendah dan Jalan Panjang Puncak Corona di Indonesia

JurnalPatroliNews – Jakarta, Sejumlah epidemiolog memproyeksikan Indonesia masih dalam jalan panjang memasuki gelombang puncak penyebaran Covid-19. Hal itu seiring rendahnya angka testing yang dilakukan pemerintah di angka 35-40 ribu per hari.

Jumlah testing harian dinilai masih jauh dari target ideal, meski telah memenuhi ambang batas yang ditentukan organisasi kesehatan dunia atau WHO. Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyebut, angka testing harian di Indonesia mestinya berada di angka 200-300 ribu orang per hari.

Angka tersebut itu dihitung berdasarkan jumlah populasi penduduk Indonesia dan tingginya angka rasio positif Indonesia lebih dari 32,82 persen. Angka positivity rate nyatanya jauh dari ambang batas minimal yang ditentukan WHO sebesar 5 persen.

Dicky menggambarkan, kasus penyebaran Covid-19 tak ubahnya puncak gunung es. Menurut dia, banyak kasus di bawah permukaan yang belum teridentifikasi secara keseluruhan.

“Sudah seharusnya testing itu berada di angka 200-300 ribu testing per hari untuk ukuran Indonesia dengan jumlah penduduk kurang lebih 270 juta, itu idealnya,” kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (18/1).

Dia menyoroti upaya testing yang dilakukan pemerintah, tak jauh dari batas minimal yang ditentukan WHO yakni, 1 orang per 1.000 penduduk per pekan. Padahal, menurut Dicky, angka testing ideal Indonesia dalam sepekan mestinya telah jauh melebihi batas minimum tersebut.

Merujuk rilis data harian yang dikeluarkan Tim Satgas Covid-19, dalam sepekan terakhir atau 11-17 Januari, pemerintah telah melakukan testing terhadap 290.764 orang.

Dengan rincian yakni, per 11 Januari 27.948 orang, 12 Januari 40.548 orang, 13 Januari 46.977 orang, dan 14 Januari 46.097 orang. Lalu , 15 Januari testing dilakukan terhadap 49.466 orang, 16 Januari 45.358 orang, dan 17 Januari 34.370 orang.

“WHO 1 orang tiap 1.000 warga dalam seminggu itu hanya batas paling minimal ya. Dengan jumlah penduduk di Indonesia maka itu jelas kurang,” jelas Dicky.

Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Airlangga Windhu Purnomo menyebutkan, dengan jumlah testing itu, Indonesia saat ini menempati peringkat 159 dari seluruh negara di dunia berdasarkan angka total testing harian.

Meski telah memenuhi ambang batas WHO, angka testing total Indonesia baru menyentuh 2 persen dari sekitar 270 juta penduduk. Per Senin (18/1) lalu, angka kumulatif testing pemerintah baru dilakukan terhadap 5.587.809 orang.

Oleh sebab itu, meski dalam beberapa hari terakhir terus menyentuh rekor hingga 14 ribu per hari, ia menyebut jumlah itu bukan angka sebenarnya. Sejumlah lembaga internasional, kata dia, bahkan menyebut angka kasus Indonesia yang sesungguhnya berada di 40 ribu hingga 120 ribu kasus per hari.

Windhu meyakini angka testing Indonesia memang masih rendah. Terbukti dalam sehari hanya mampu menemukan paling banyak 14 ribu kasus dengan jumlah orang yang diperiksa sekitar 35-40 ribu orang per harinya.

“Padahal kunci utamanya itu case finding. Tapi angka testing kita ambang batas WHO saja jarang terpenuhi, padahal itu minimal lho ya,” pungkasnya.

(cnn)

Komentar