7 Masih DPO , Polri: Penembakan Anggota MIT, Berawal Laporan Warga, Makanan Hilang

JurnalPatroliNews – Jakarta,– Polri mengungkapkan bahwa penembakan dua teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso diawali dari informasi warga sekitar yang mengeluhkan kehilangan makanan.

“Peristiwa tersebut diawali dengan adanya informasi bahwa seorang warga telah kehilangan sejumlah barang miliknya berupa bahan makanan. Kemudian atas informasi tersebut, tim melakukan penyisiran,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri, Kombes Ahmad Ramadhan, Senin (12/7).

Ahmad menjelaskan bahwa setelah itu, tim Komando Operasi Gabungan Khusus (Koopsgabssus) Tricakti menyisir wilayah Pegunungan Tokasa, Desa Tanah Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Poso.

Dari penyisiran itu, tim menemukan jejak bekas makanan yang mengarah pada lokasi keberadaan buronanMIT Poso pimpinan AliKalora.

Tim kemudian berhasil menemukan para DPO sekitar pukul 03.00 WITA. Saat itulah kontak tembak terjadi. Akibatnya, dua orang tersangka teroris tewas di tempat.

“Mengakibatkan 2 orang DPO teroris Poso meninggal dunia atas nama R dan AP,” kata dia.

Dua buronan tersebut bernama Rukli dan Ahmad Panjang. Sementara itu, kata Ramadhan,DPO terorisMIT lainnya berhasil kabur dalam penyergapan itu.

Dia menerangkan, jenazah kedua DPO teroris MIT yang tewas itu segera dievakuasi menggunakan helikopter.

“Saat ini, 2 DPO yang meninggal dunia akan dievakuasi melalui udara menggunakan helikopter. Saat ini, tim kopsus masih terus melakukan pengejaran terhadap sisa DPO teroris Poso yang lolos dari penyergapan,” kata Ramadhan.

Berdasarkan catatan, sejauh ini tersisa tujuh orang DPO kepolisian yang tergabung dalamMIT Poso pimpinan AliKalora.

Kepemimpinan kelompok tersebut telah berganti usai Santoso alias Abu Wardah tewas tertembak oleh Satgas Tinombala — nama sebelum Madago Raya — pada 18 Juli 2016 lalu.

Polisi selama ini mengakui bahwa MIT sulit ditumpas karena mereka selalu berpindah-pindah. Belum lagi, medan keberadaannya di tengah hutan yang membuat aparat sulit menindak mereka secara cepat.

Kelompok tersebut diduga sering terlihat di wilayah Lembantongoa, Sigi hingga Salubanga, dan Parigi Moutong hingga Poso Pesisir Utara.

(*/lk)

Komentar