Agar Tak Dianggap Pencitraan, Blusukan Mensos Risma Harus Dilakukan Dari Sabang-Merauke

JurnalPatroliNews – Menteri Sosial (Mensos) merupakan menteri untuk seluruh wilayah Indonesia, bukan hanya untuk Jakarta.

Begitu yang disampaikan oleh pakar politik Universitas Islam Indonesia (UII), Geradi Yudhistira menanggapi sikap Mensos yang baru yakni Tri Rismaharini yang beberapa hari ini melakukan blusukan ke kolong jembatan.

“Saya kira kita harus kritis juga. Artinya, tidak mungkin mensos melakukan style-style walikota untuk dilakukan di Kementerian. Ini mungkin di situ lah titik positif Bu Risma,” ujar Geradi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (1/1).

“Tapi di sisi lain juga pertanyaan besarnya adalah apakah style-style walikota bisa dibawa menjadi style yang efektif di dalam kementerian?” tanyanya.

Karena kata Geradi, pekerjaan dan birokrasi menteri berbeda level dengan walikota.

“Bu Risma boleh saja melakukan itu ketika dia berada menjadi walikota dan itu sangat efektif di Surabaya. Tapi kan dia gak mungkin melakukan itu kepada seluruh wilayah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, yang dilakukan hanya di level-level Jakarta,” kata Geradi.

Geradi pun menilai agar Risma tidak melakukan blusukan hanya di Jakarta saja agar tidak dianggap sebagai pencitraan.

“Tapi saya pikir jika Bu Risma melakukan itu di Jakarta, seharusnya dia melakukan itu di wilayah lain di Sabang sampai Merauke,” terangnya.

Namun demikian, lanjutnya, kerja seorang menteri tidak selalu penuh melakukan pekerjaan seperti malikota.

“Tapi walaupun dia harus seperti itu juga dalam kadar-kadar tertentu untuk melihat situasi dan kondisi di lapangan gitu untuk membuat sebuah kebijakan. Tapi tidak sepenuhnya melakukan itu setiap hari setiap waktu, apalagi kalau hanya terbatas di Jakarta,” tuturnya.

Sambung Geradi, Risma saat ini sudah menjadi milik Indonesia. Sehingga jika tetap terus melakukan blusukan, harus dilakukan diseluruh wilayah Indonesia.

“Karena ini dia menjadi milik Indonesia dari Sabang sampai Merauke, bukan hanya milik Jakarta atau bukan hanya milik Surabaya,” pungkasnya.

(rmol)

Komentar