Ambroncius Nababan Segera Ditangkap Dan Berikan Hak Penentuan Nasib Sendiri Bagi Orang Papua

Jurnalpatrolinews – Jayapura : Lepis Kogoya, Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Universitas Cenderawasih (Uncen), menegaskan bahwa ujaran rasisme Ambroncius Nababan kepada aktivis HAM asal Papua, Natalius Pigai menandakan bahwa hingga hari ini Negara masih memelihara tindakan dan ujaran rasis itu.

“Kami menganggap satu Natalius [Pigai] yang dianggap sebagai monyet, tetapi sebenarnya Negara tetap memelihara rasisme itu dan Negara anggap kami seperti monyet dan hewan lainnya, sebagaimana disebut di dinding akunt Ambroncius Nababan,” kata Kogoya di Jayapura, Minggu (24/1/2021).

Oleh sebab itu, katanya, mahasiswa Uncen [Jayapura] minta kepada pihak berwajib segera menangkap dan mengadili Ambroncius Nababan.

“Jika tidak maka kami tetap anggap bahwa negaralah yang masih memelihara [tindakan dan ujaran] rasis itu. Di seluruh dunia takuti perlakukan rasis itu, tetapi Indonesia masih memelihara. Sekali lagi kami desak kepolisian adili oknum bersangkutan yang rasis kepada kaka Natalius Pigai,” ujarnya.

Lanjutnya, jika Negara Indonesia masih menganggap orang Papua seperti monyet dan bertindak rasis, maka berikanlah hak penentuan nasib sendiri bagi rakyat Papua.

Ketua BEM Fakultas Fisip Uncen, Kiri Keroman mengatakan, pernyataan rasis yang disampaikan Ambroncius Nababan kepada Natalius Pigai adalah tindakan rasis yang ditujukan kepada seluruh rakyat Papua.

Walaupun pernyataan itu disampaikan kepada satu orang Natalius, tetapi orang Papua menganggap bahwa pernyataan itu disampaikan kepada seluruh orang Papua yang berkulit hitam dan berambut keriting.

“Mestinya Jakarta mengambil hikmah dari tindakan resisme terhadap orang Papua yang terjadi 2019. Rasisme itu dilarang oleh hukum internasional, sehingga seluruh Negara di dunia meratifikasinya, maka Jakarta seyokyanya menjaga itu secara baik,” kata Kiri.

Oleh sebab itu Kiri mendesak pihak berwajib untuk menangkap oknum yang rasis itu dan mengadili dia sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

“Jika rasisme dengan menyebut Gorilla dan binatang, maka selama orang Papua masih berada bersama dengan Indonesia, tetap akan ada kata rasis itu. Rasis tidak akan hilang selama penjajahan, penindasan, eksploitasi, perampasan, dan klaim wilayah oleh Jakarta atas Papua. Olehnya, solusinya berikan hak penentuan nasib sendiri kepada orang Papua, supaya tidak terjadi pernyataan-pernyataan rasis itu.”

“Karena orang Papua punya harga diri, punya martabat yang setara dengan orang Amerika, orang Asia, Eropa, Pasifik dan bahkan Indonesia. Kita adalah ciptaan Tuhan yang sama, yang patut menghargai satu sama lainnya dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,” tukas Kiri.

Serupa disampaikan, Sernius Sun, Ketua BEM FKIP Uncen, di mana atas tindakan penghinaan terhadap orang Papua yang dinyatakan oleh Ambroncius Nababan, maka mahasiswa mendesak pihak berwajib untuk segera menangkap oknum tersebut dan mengadilinya sesuai hukum yang berlaku.

Natalius Pigai dan orang-orang Papua yang ada di Jakarta atau pulau Jawa adalah bagian dari orang Papua yang hidup di tanah Papua, sehingga dengan alasan apapun sangat tidak pantas menyebut rasis terhadap orang Papua.

“Kami memang jujur, dengan tindakan seperti ini terus, maka kami tidak bisa hidup dengan Negara Indonesia. Berikanlah hak penentuan nasib sendiri bagi kami orang Papua,” tegas Sun.

Manuel Rumpaidus, Ketua BEM Fakultas Teknik Uncen menegaskan bahwa atas nama mahasiswa Papua mengutuk keras perlakuan rasis Ambroncius Nababan terhadap Natalius Pigai. Dengan pernyataan itu kembali menyentuh hati orang Papua.

“Kami sudah sekian tahun hidup dengan rasis di Negara ini. Maka kami tegaskan, oknum pelaku atas nama Ambroncius Nababan segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya sesuai ungkapan yang ia sampaikan,” tukas Rumpaidus.

Sebelumnya, Ambroncius Nababan memasang foto Natalius Pigai berdampingan dengan seekor Gorilla. Dia memposting foto itu guna merespon pernyataan Natalius Pigai soal vaksin Covid-19 yang saat ini sedang dikritiknya.

Bukan membantah dengan argumen, Ambroncius Nababan malah menghina fisik Pigai dan menyamakan dia dengan Gorilla.

“Mohon maaf yg sebesar-besarnya. Vaksin sinovac itu dibuat utk MANUSIA bukan utk GORILLA, apalagi KADAL GURUN. Karena menurut UU Gorilla dan kadal gurun tidak perlu di Vaksin. Faham?” demikian bunyi cuitan Ambroncius Nababan.  (suara papua)

 

Komentar