Belum Ada Bukti di Indonesia, Mutasi SARS-CoV-2 dari Inggris Sampai di Australia dan Singapura

JurnalPatroliNews – Jakarta, Mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19 di Inggris yang dikabarkan lebih cepat menyebar kini sudah ditemukan di negara tetangga, yakni Australia dan Singapura. Hal itu disampaikan Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro.

“Belum ada bukti varian ini sudah ada di Indonesia, tapi sudah ada dua kasus di negara tetangga kita, Australia dan Singapura. Kasusnya satu orang kita harus lebih berhati-hati karena ini sudah lebih dekat dengan kita,” Kata Bambang di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (24/12).

Ia menyebut, sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan bahwa varian SARS-CoV-2 asal Inggris tersebut menimbulkan tingkat keparahan yang lebih. Namun demikian, pesatnya peningkatan kasus di Inggris membuktikan bahwa varian virus ini lebih cepat menyebar.

“Setelah dilihat sample positif yang terjadi di inggris, mayoritas di London, 60% sudah mengandung varian tersebut,” ucapnya.

Untuk itu, kata Bambang, pemerintah akan menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi penyebaran varian baru virus ini di Indonesia. Pertama, Indonesia harus memberi perhatian terhadap kinerja tes PCR. Pasalnya, varian virus baru ini berpotensi tidak dapat terbaca dengan mesin PCR yang selama ini digunakan di Indonesia.

“Ada kemungkinan kekeliruan PCR dalam mendeteksi covid-19 karena varian ini memiliki gen S. Untuk itu, diharapkan nanti produsen yang membuat mesin PCR ini mengupgrade terkait akurasi yang menargetkan gen s ini,” ungkapnya.

Selanjutnya, untuk melacak kehadiran varian baru SARS-CoV-2 ini, pihaknya akan meningkatkan aktivitas genom sequencing yang dilakukan bersama lembaga dan universitas.

Berikutnya, Bambang menekankan kolaborasi antara semua pihak menjadi kunci utama dalam melawan covid-19, apapun variannya.

“Terakhir Lembaga Biomolekuler Eijkmansudah melakukan pemetaan genom sequencing dari 1.1000 sample klinis. Ini dilakukan agar kita bisa memahami distribusi dan peola penyebaran virus dan mendeteksi varian virus baru yang barangkali sudah muncul di Indonesia. Kita akan kerjasama dengan universitas dan lembaga, dengan satu catatan kita harus terus berbagi data,” tandasnya.

(*/lk)

Komentar