Bos Pertamina Berbagi Tips, Soal Lima Keuntungan Dapat Diraih Digitalisasi SPBU

JurnalPatroliNews – Jakarta, PT Pertamina (Persero) telah menerapkan sistem digitalisasi pada 5.518 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di seluruh Indonesia hingga akhir 2020 lalu.

Mas’ud Khamid, CEO PT Patra Niaga, Commercial and Trading Subholding Pertamina, mengatakan digitalisasi SPBU ini memberikan banyak keuntungan bagi Pertamina, terutama dari sisi transparansi data, baik stok, penjualan maupun transaksi di SPBU.

Transparansi ini dibutuhkan mengingat perseroan mengelola transaksi penjualan bahan bakar minyak (BBM) sekitar 1 juta barel per hari (bph) atau sekitar 160 ribu kilo liter (kl) per hari.

“Dengan digitalisasi SPBU ini kami bisa tahu penjualan secara real time di setiap SPBU,” ungkapnya kepada sejumlah media di kantor Telkom Integrated Operation Center, Legok, Tangerang, Kamis (14/01/2021).

Pertamina bekerja sama dengan PT Telkom Akses, anak usaha PT Telkom Indonesia, untuk melakukan pemantauan sistem digitalisasi SPBU ini.

Meski 5.518 SPBU sudah diterapkan digitalisasi, menurutnya pihaknya tahun ini akan melanjutkan digitalisasi di ratusan SPBU lainnya, serta berlanjut pada digitalisasi di terminal BBM.

Dia menyebutkan setidaknya ada lima keuntungan yang bisa dirasakan Pertamina setelah menerapkan digitalisasi pada SPBU, antara lain sebagai berikut:

1. Mengetahui Stok per SPBU dan Auto Replenishment (Penambahan Otomatis Stok BBM ke SPBU)

Dia mengatakan, dengan digitalisasi, perseroan kini menjadi tahu secara aktual (real time) SPBU mana yang jumlah cadangan (stok) BBM-nya aman dan mana yang kritis.

Semakin cepat tingkat stok diketahui, maka menurutnya ini mencegah terjadinya potensi kelangkaan BBM di sejumlah SPBU. Pasalnya, dengan termonitornya kondisi stok di setiap SPBU, maka pihak terminal BBM bisa segera mengirimkan BBM tambahan ke SPBU tersebut, tanpa harus menunggu stok habis, atau dikenal dengan sistem auto replenishment.

“Kita jadi tahu posisi stok per produk per tangki. Jelang habis, kita bisa kontak terminal BBM, suplai harus dikirim, bisa bayar belakangan. Jadi, mobil tangkinya bisa langsung berangkat tanpa harus dibilang sebelumnya,” ungkapnya.

2. Manajemen Penjualan

Dengan adanya digitalisasi ini, maka menurutnya pihaknya bisa mengetahui SPBU mana yang mengalami jam-jam sibuk, produk apa saja yang banyak dijual di SPBU tersebut, hingga berapa volume dan transaksi penjualan BBM di setiap SPBU, termasuk transaksi tidak wajar. Transaksi tidak wajar menurutnya yakni transaksi yang mencapai lebih dari 200 liter per transaksi dengan satu konsumen.

Dengan mengetahui hal tersebut, maka pihaknya bisa mengatur jadwal petugas, jam operasional SPBU, menambah produk BBM yang laris dibeli konsumen, hingga meningkatkan pendapatan dan keuntungan yang lebih tinggi.

Salah satu keuntungan yang dirasakan perseroan yaitu terkait penjualan BBM non subsidi seperti Pertamax. Dengan mengetahui data penjualan dan stok aktual di setiap SPBU, maka perseroan bisa menjaga stok Pertamax di setiap SPBU, sehingga selama pandemi penjualan Pertamax menurutnya relatif stabil dan tidak menurun.

“Dengan digitalisasi, kita bisa dapat revenue dan benefit lebih tinggi,” ujarnya.

3. Mengelola Susut (Losses)

Dengan digitalisasi, pihaknya bisa mengetahui secara langsung dan aktual, SPBU mana yang memiliki losses (susut) penerimaan BBM-nya. Bila penerimaan BBM di SPBU tersebut berkurang lebih dari batas 0,15%, maka pihaknya bisa menukar supir mobil tangki atau memeriksa mobil tangki guna mencegah oknum nakal atau biasa dikenal dengan istilah “tangki kencing di jalan”.

Bila diketahui terjadi transaksi tidak wajar, maka pihaknya akan bekerja sama dengan kepolisian setempat guna mencegah transaksi yang tak wajar itu kembali terjadi.

“Kalau losses-nya gede, supir mobil tangkinya kita tukar. Kalau supirnya ditukar dan hasilnya menjadi lebih baik, berarti ada faktor supirnya. Tapi kalau losses-nya masih gede, berarti bisa kita cek tangkinya atau cek lokasinya apakah ke daerah dingin karena bila ke daerah dingin BBM bisa menyusut,” paparnya.

4. Transaksi Non Tunai (Cashless Transaction)

Dengan digitalisasi di sistem pembayaran seperti melalui aplikasi ‘My Pertamina’, menurutnya pihaknya bisa mengetahui konsumsi BBM rata-rata per mobil per harinya dan nilai transaksinya. Dengan pencatatan non tunai, konsumsi BBM per nomor polisi (nomor plat) setiap kendaraan bisa dideteksi.

“Kita bisa monitor nomor polisi atau plat kendaraan, termasuk pembeli BBM bersubsidi. 70% pembeli solar telah dimonitor, beli di mana saja, berapa saja,” ujarnya.

5. Profiling Customer Data Base

Terutama bagi konsumen yang telah melakukan transaksi via aplikasi ‘My Pertamina’, menurutnya pihaknya mengetahui data tentang konsumen BBM perseroan, mulai dari jenis kelamin, umur, jenis kendaraan, waktu pembelian, hingga produk yang sering dibeli.

Dia mengatakan saat ini baru terdapat 7,6 juta pelanggan yang menggunakan aplikasi ‘My Pertamina’ Adapun total transaksi melalui aplikasi ini pada 2020 mencapai sekitar Rp 1,08 triliun.

“Tahun ini kita targetkan 50 juta pelanggan menggunakan My Pertamina,” ujarnya.

(*/lk)

Komentar