Bukan Untuk Dimakan!, Bahaya Rabies Mengintai Jika Daging Anjing Tetap Dimakan, Ini Lengkapnya..

JurnalPatroliNews – Jakarta – Daging anjing bukan untuk konsumsi karena hewan ini tergolong hewan peliharaan. Namun masih saja ada orang yang makan daging anjing. Apa bahaya yang mengintainya?
Daging anjing dikonsumsi warga China, utamanya saat festival daging anjing Yulin berlangsung. Festival yang mendapat kecaman ini berlangsung di Yulin sejak 21 hingga 31 Juni 2020. Ribuan anjing dibantai untuk diambil dagingnya.

Warga China biasanya mengolah daging anjing dengan cara direbus jadi stew atau digoreng. Meski sudah mendapat banyak protes dan kecaman, festival ini masih berlangsung setiap tahun sejak 2009. Pemerintah setempat mengaku tak bisa menghentikan jalannya festival.

Dilihat dari kepatutannya, daging anjing memang seharusnya tidak dimakan. Pasalnya anjing bukan hewan konsumsi, melainkan hewan peliharaan yang bahkan jadi sahabat banyak manusia. Mengonsumsi dagingnya bukan hanya tidak patut tapi juga berbahaya untuk kesehatan.

One Green Planet (25/6) merangkum bahaya kesehatan yang mengintai dari konsumsi daging anjing:

1. Rabies
Salah satu bahaya terbesar dari konsumsi daging anjing adalah penyebaran rabies, baik untuk binatang maupun manusia. Di Filipina, setidaknya 10 ribu anjing dan 300 orang meninggal akibat rabies tiap tahunnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengupayakan penanganan rabies dengan vaksin anjing secara massal, namun tetap saja sulit untuk memastikan seluruh anjing bebas rabies.

Orang yang memotong anjing dapat dengan mudah terinfeksi rabies selama penyembelihan. Rabies lalu bisa menyebar ke anjing dan manusia lainnya. Selain Filipina, di Vietnam pada tahun 2008 juga ada kematian tinggi akibat rabies dari proses pembantaian anjing untuk diambil dagingnya.

2. Infeksi bakteri
Ada banyak penyakit dan infeksi lain yang terkait konsumsi daging anjing. Misalnya parasit E. Coli 107 dan salmonella. Ada juga bahaya infeksi bakteri seperti antraks, hepatitis, dan leptospirosis yang bisa menyebar dari daging ke manusia.

Bakteri terkait kolera juga dengan mudah menyebar lewat proses penyembelihan anjing untuk konsumsi. Selain itu ada juga Trichinellosis, parasit zoonosis yang dapat dengan mudah ditularkan dari anjing ke manusia melalui konsumsi daging yang terinfeksi.

Setelah parasit ini berada di tubuh manusia, mereka dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah yang menyebabkan pendarahan di kuku dan mata. Dampak lainnya, kelemahan otot yang parah. Jika tidak diobati, trichinellosis bisa berakibat fatal.

3. Resistensi antibiotik
Menurut Change for Animals Foundation, “Di peternakan anjing, kebanyakan anjing hidup dalam kurungan tertutup, dalam kondisi tertekan, dan biasanya diberi makan dengan makanan berkualitas rendah yang rendah nutrisi. Faktor-faktor ini menghasilkan peningkatan penyakit menular dan angka kematian yang tinggi. Dalam upaya untuk mengendalikan penyebaran penyakit dan memaksimalkan produktivitas, ada bukti petani yang menggunakan antibiotik dan vaksin secara sembarangan.”

Pemberian antibiotik dan vaksin dalam jumlah besar untuk melawan kondisi penyakit di peternakan, justru hasilkan peningkatan superbug yaitu bakteri yang jadi resisten terhadap antibiotik.

Superbug menghadirkan ancaman besar bagi kesehatan manusia. Diperkirakan infeksi kebal obat bisa membunuh 10 juta orang per tahun pada 2050 jika tidak ada langkah-langkah untuk mengurangi penggunaan antibiotik yang berlebihan.

(lk/*)

Komentar