Covid-19: Eropa Akan Buka Diri Untuk Turis Mancanegara, AS Kemungkinan Tetap Dilarang Masuk

JurnalPatroliNews – Para duta besar Uni Eropa akan melanjutkan pembicaraan pada hari Jumat untuk merencanakan pembukaan kembali perbatasan eksternal pada 1 Juli. Para pelancong dari AS mungkin termasuk di antara mereka yang tidak diizinkan masuk.

Beberapa negara Eropa berencana untuk membuka diri bagi turis, tetapi ada pula negara yang waspada dengan penyebaran virus yang terus menerus.

Pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan ia mengharapkan akan ada solusi “dalam beberapa minggu mendatang”.

Virus corona masih menyebar di AS, sehingga kemungkinan warga Amerika akan dilarang masuk Uni Eropa.

Ke-27 negara anggota Uni Eropa harus terlebih dahulu menyetujui syarat-syarat yang harus dipenuhi negara-negara non-Uni Eropa, sebelum daftar aman-yang berisi warga negara mana saja yang diizinkan masuk ke kawasan itu- diterbitkan.

Brasil, Rusia, dan negara-negara lain dengan tingkat infeksi tinggi juga tidak masuk dalam daftar aman, menurut laporan dari Brussels.

Uni Eropa belum sepakat terkait bagaimana mereka akan menilai negara yang memenuhi standar kesehatan – sebagai salah satu kriteria untuk masuk kawasan UE.

Bagian dari masalah itu adalah menilai apakah data kesehatan yang ada dapat diandalkan, kata laporan itu.

Apa kata Menlu AS?

Sebagian besar perjalanan telah dilarang antara AS dan Uni Eropa selama pandemi, tetapi Menlu AS Mike Pompeo mengatakan dia “sangat percaya diri” solusi dapat ditemukan.

“Kami tentu tidak ingin membuka kembali [perjalanan] dengan cara yang membahayakan Amerika Serikat dari orang-orang yang bepergian ke sini dan kami tentu tidak ingin menimbulkan masalah di tempat lain,” katanya.

Dia tidak memberikan rincian, tetapi menambahkan bahwa AS sedang bekerja “untuk memastikan perjalanan global berjalan sebagaimana mestinya.”

Membandingkan tingkat infeksi dengan negara lain

Angka terbaru dari badan kesehatan Uni Eropa, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, menyoroti Brasil, Peru, Chili, Panama, dan Arab Saudi sebagai negara dengan “tingkat notifikasi kasus” tertinggi.

Rusia dan AS memiliki tingkat kasus per 100.000 penduduk yang lebih rendah tetapi masih lebih tinggi daripada sebagian besar negara Eropa.

AS telah mencatat 2,3 juta infeksi dan 120.000 kematian. Jumlah kasus juga meningkat di beberapa negara bagian.

Komisi Eropa menyarankan para duta besar untuk hanya mempertimbangkan negara-negara yang sebanding atau lebih baik daripada rata-rata negara Uni Eropa, dalam hal angka infeksi baru, tren infeksi baru, serta pengujian dan penelusuran kasus.

Sejumlah laporan mengatakan negara-negara anggota menilai dua daftar yang berbeda.

Situs web Politico mengatakan ada negara yang mempertimbangkan negara dengan kurang dari 16 kasus per 100.000 orang dan yang lainnya hingga 20 kasus, sehingga itu akan memasukkan Kanada dan Turki dalam daftar.

The New York Times mengatakan daftar itu akan direvisi setiap dua minggu, sehingga AS dapat ditambahkan kemudian.

Kriteria lain yang juga dipertimbangkan adalah timbal balik dan tautan ke UE.

Perancis menginginkan UE untuk memberikan akses kepada negara-negara yang juga akan memberikan akses pada negara-negara EU.

Sementara Spanyol dilaporkan ingin membuka kembali perbatasan dengan negara tetangganya, Maroko.

Awal bulan ini Komisi Eropa juga menekankan bahwa membuka kembali perbatasan dengan negara-negara non-Uni Eropa di Balkan Barat adalah kebijakan prioritas mulai 1 Juli.

Namun, anggota Uni Eropa Kroasia mengumumkan pada hari Rabu bahwa pelancong dari Bosnia, Serbia, Kosovo dan Makedonia Utara diharuskan melakukan isolasi diri 14 hari karena adanya kenaikan jumlah kasus.

AS juga dapat menghadapi masalah secara diplomatis karena pada 14 Maret lalu, Presiden Donald Trump secara sepihak menutup perbatasan AS dengan negara-negara di zona bebas perbatasan Schengen Uni Eropa.

Uni Eropa mengutuk langkah tersebut pada saat itu.

Mengapa ini jadi keputusan diplomatis bagi UE

Wisatawan negara mana yang diizinkan, dan mana yang tidak?

Pada awalnya ini mungkin tampak keputusan praktis untuk Uni Eropa: jika suatu negara di luar wilayah Uni Eropa dan Schengen memiliki tingkat infeksi yang tinggi, warganya tidak akan diizinkan masuk ke kawasan tersebut.

Jika tingkat infeksi mirip atau lebih rendah dari rata-rata UE, maka willkommen, bienvenue, selamat datang!

Tapi itu tidak sesederhana itu.

Menerbitkan daftar negara luar yang “dapat diterima” untuk perjalanan di kawasan Uni Eropa juga merupakan keputusan politik – dan ekonomi.

Turis, tentu saja, akan menambah pendapatan negara yang hancur karena Covid-19.

Namun para pemimpin Uni Eropa tidak tertarik mengambil risiko. Bahkan negara-negara yang mengharapkan dorongan ekonomi sadar bahwa dampak politik akan sangat besar jika wisatawan membawa Covid-19 bersama mereka.

Dan, seperti yang sering terjadi, argumentasi 27 negara Uni Eropa berbeda-beda.

Beberapa khawatir bahwa pembatasan negara tertentu atas Covid-19 dapat menyebabkan gesekan politik dengan negara sekutu atau memperburuk ketegangan yang ada. Hubungan Uni Eropa dengan Washington dan dengan Moskow sudah rumit.

Lalu ada masalah timbal balik. Prancis sangat terikat dengan ini.

Dengan kata lain, jika suatu negara melarang wisatawan dari negara Uni Eropa atau Schengen masuk, maka warga dari negara yang menolak itu harus mendapat perlakuan sama.

Juga, jika negara non-Uni Eropa memberikan akses kepada pengunjung Uni Eropa, haruskah Uni Eropa diwajibkan secara diplomatis untuk memberikan perlakuan yang sama?

Saya diberitahu bahwa daftar negara yang warganya diizinkan masuk pada 1 Juli mendatang sedikit jumlahnya.

Diskusi antara duta besar negara anggota ke Brussels akan berlanjut pada hari Jumat, dengan hasil yang akan diputuskan dengan suara bulat pada hari Jumat atau “tak lama setelahnya”.

Bisakah Eropa menyelamatkan musim liburannya?

Ada dua kelompok di Uni Eropa, yakni mereka yang berharap bisa memanfaatkan musim liburan musim panas dan mereka yang khawatir dengan situasi kesehatan.

Meskipun Uni Eropa mendesak 27 negara anggotanya untuk membuka kembali perbatasan internal mulai 15 Juni, beberapa negara bergerak dengan hati-hati untuk menghindari lonjakan infeksi kedua.

Denmark, yang merupakan salah satu negara Eropa pertama yang mulai membuka lockdown, membuka kembali perbatasannya lebih lambat daripada yang lain.

Denmark adalah negara Schengen tetapi masih menerapkan syarat ketat bagi mereka yang mengunjungi negara itu.

Dari pertengahan Juni, wisatawan dari Norwegia, Islandia, dan Jerman, diizinkan masuk tetapi tidak dari negara tetangganya, Swedia.

Yunani, sementara itu, membuka perbatasannya untuk warga-warga dari sebagian besar ngeara Eropa pada 15 Juni untuk menyambut para turis.

Pengunjung dari beberapa negara termasuk Spanyol, Swedia dan Belanda diharuskan mengikuti tes Covid-19. (BBC Indonesia)

Komentar