Demsy Jura : Jangan Pernah Stigmatisasi Suatu Agama Dengan Kekerasan!

Jurnalpatrolinews – Jakarta : “Mengapa agama diidentikan dengan kekerasan?” tanya Demsy Jura, Dosen Pascasarjana Universitas Kristen Indonesia (UKI), ketika dimintai pendapatnya sehubungan dengan berita mengenai pernyataan Presiden Perancis, Emmanuel Marcon yang dianggap menghina agama Islam.

“Presiden Marcon harusnya sadar bahwa perkataannya itu telah menyakiti perasaan lebih dari 2 miliar penduduk dunia yang beragama Islam, dan jangan berlindung pada kebebasan berekspresi; jika hal itu mencederai harga diri suatu agama.” Lanjut Demsy Jura yang juga menjadi salah satu anggota DPP MUKI (Majelis Umat Kristen Indonesia).

Memang harus diakui bahwa hubungan Islam dan Perancis kurang begitu harmonis. Hubungan tersebut seringkali ternoda karena sikap sejumlah orang yang terkesan anti Islam. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana seorang remaja Perancis yang bernama Mila, pada bulan Februari 2020 yang lalu sempat menerima makian bernada homofobik karena dianggap menghina Islam.

Bahkan Perancis pernah mencoba pentaskan drama teather yang berjudul: “Muhammad dan Kefanatikan” pada pemerintahan Sultan Abdul Hamid II (1876-1918), masa Bani Ustmaniyyah; dan dibatalkan setelah penguasa setempat mengajukan protes. Dan terakhir pada tanggal 16 Oktober 2020 ini, ketika ketika Samuel Paty, guru sejarah di Conflans Sainte Honorine-Perancis yang dianggap menghina Nabi Muhammad SAW karena menunjukkan kartun Sang Nabi kepada para siswa di sekolah tersebut. Peristiwa tanggal 16 Oktober 2020 ini membuat Presiden Marcon bereaksi keras sehingga pernyataannya tak terkendali.

Pada bagian akhir wawancara, Dr. Demsy Jura menegaskan bahwa: “Tindak kekerasan tidak dibenarkan, apapun alasannya; demikian juga dengan stigmatisasi suatu agama dengan kekerasan. Hal ini tentunya tidak boleh terjadi. hidup berdampingan dengan suku, ras dan agama yang berbeda seharusnya memperkaya pemahaman kita dalam bermasyarakat.

Saya bersyukur menjadi warga negara Indonesia dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, namun bisa hidup berdampingan dengan damai dengan pemeluk agama lainnya. Saya juga berterima kasih kepada Tuhan karena bisa tinggal bersama dengan sejumlah saudara yang berbeda suku, namun bisa hidup rukun. Itulah Indonesia, jika mau, Perancis bisa belajar dari negara ini!” (Roce)

Komentar