Ditengah Kondisi Raja Salman Sakit, Benarkan Tahta Kerajaan Akan Diserahkan ke Putra Mahkota Pangeran MBS?

JurnalPatroliNews-Jakarta,– Penguasa Arab Saudi yakni Raja Salman bin Abdulaziz kini tengah dirawat di rumah sakit King Faisal di ibu kota Riyadh. Pemimpin berusia 84 tahun ini menderita peradangan pada kantung empedu atau kolesistitis.

Di tengah kondisi Raja Salman, muncul banyak spekulasi. Bahkan ada kabar bahwa Raja Salman akan segera turun tahta karena kondisi kesehatannya.

Meski dibantah kerajaan, Saudi memang sudah memiliki putra mahkota. Ia adalah Pangeran Mohammed bin Salman.

Jika terjadi sesuatu dengan Raja Salman, pria yang lebih dikenal dengan MBS itu akan menjadi raja Saudi. Lalu bagaimana sosok MBS?

Pria yang baru berusia 34 tahun itu, secara de facto, sebenarnya memang sudah berkuasa di Saudi sejak ditunjuk tahun 2017 lalu. MBS memegang beberapa posisi penting di kerajaan Arab Saudi.

Ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, di mana gelar perdana menteri dipegang oleh Raja Salman. Ia juga menjadi Menteri Pertahanan termuda dan Ketua Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan.

Pemilik nama lengkap Mohammed bin Salman bin Abdulaziz bin Abdul Rahman bin Faisal bin Turki bin Abdullah bin Mohammed bin Saud ini dikatakan memacu ekonomi Saudi dan membuat sejumlah gebrakan. Termasuk pajak dan membuka pariwisata baru selain wisata religi di negara tersebut.

Ayah dari empat anak ini juga berhasil memimpin beberapa reformasi. Seperti peraturan yang membatasi kekuasaan polisi agama, penghapusan larangan terhadap pengemudi perempuan pada 2018, dan melemahkan sistem wali laki-laki pada 2019.

Selain itu, pemerintahan Pangeran Mohammed juga berhasil menggelar konser publik Saudi pertama dengan penyanyi wanita, stadion olahraga Saudi pertama yang menerima wanita, dan menambah kuota wanita lebih banyak dalam sebuah pekerjaan.

Namun ditunjuknya MBS sebagai calon penerus bukan tanpa kritikan. MBS diduga melakukan penyiksaan terhadap aktivis HAM, melakukan pembomannya di Yaman yang menyebabkan 13 juta warga sipil kelaparan, eskalasi krisis diplomatik Qatar, memulai sengketa Lebanon-Arab Saudi, dan memulai pertikaian diplomatik dengan Kanada.

Ia juga melakukan penangkapan anggota keluarga kerajaan Saudi pada bulan November 2017. Ia menindak keras feminis dan terakhir  dituding menjadi otak dari pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Pada kasus Khashoggi, baru-baru ini, seorang pelapor khusus untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) membuat geger dengan laporan terbarunya. Dalam sebuah wawancara dengan media Turki, ia mengatakan bahwa Pangeran MBS adalah tersangka utama pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Kepada kantor berita Turki, Anadolu Agency, Agnes Callamard menyebut MBS memprovokasi pembunuhan, dengan begitu, ia menyebut sang putra mahkota sebagai tersangka utama.

“Saya pikir dia adalah tersangka utama,” ujarnya sebagaimana dikutip dari media Turki tersebut. “Dalam hal yang menentukan siapa yang memerintahkan atau yang menghasut pembunuhan. Dia adalah sosoknya.”

Namun secara pribadi, ia berujar dirinya tak memiliki bukti. Tapi, ia mengatakan, mungkin Badan Intelijen Amerika Serikat alias CIA memiliki bukti.

Khashoggi (59 tahun) adalah wartawan yang menulis kritik pedas pada kerjaan tersebut dalam sebuah kolom di The Washington Post. Sebelum terbunuh, ia datang ke konsulat negaranya di Istanbul, 2 Oktober 2018, untuk mendapatkan dokumen pernikahannya dengan tunangannya warga Turki, Hatice Cengiz. (lk/*)

Komentar