Ekspor Kita Bagus, Sri Mulyani Beberkan Dampak ‘Hantu’ Tapering AS Buat RI

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka-bukaan soal dampak tapering off Bank Sentral Amerika Serikat atawa The Federal Reserve terhadap perekonomian Indonesia. Semua itu dipaparkan Sri Mulyani via akun Youtube resmi Kementerian Keuangan yang diunggah pada Rabu (23/2/2022) petang.

Mengawali paparannya, Sri Mulyani menjelaskan, tapering off kali ini berbeda dengan taper tantrum pada tahun 2013.

Ketika itu, Indonesia mengalami dampak yang masif lantaran mengalami masalah dengan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).

Situasi sekarang, menurut Sri Mulyani, berbeda. Sebab, CAD Indonesia sedang surplus seiring kinerja neraca perdagangan yang positif.

Bahkan, lanjut Sri Mulyani, surplus neraca dagang sudah terjadi selama 19 bulan berturut-turut.

Mengutip data Bank Indonesia, CAD Indonesia tahun lalu surplus 0,3% terhadap produk domestik bruto (PDB).

“Ini memberikan bekal yang lebih baik dari sisi kekuatan kita,” ujar Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, ketika tapering off terjadi pada 2013, Gubernur The Fed kala itu, Ben Bernanke, melakukannya tanpa komunikasi yang baik dengan para pemangku kepentingan di seluruh dunia.

“Sehingga dampaknya itu ke seluruh dunia menjadi, kalau orang Jawa bilang gedombrangan itu karena dia kemudian menimbulkan volatilitas gitu,” kata Sri Mulyani.

Menurut dia, Gubernur The Fed sekarang, Jerome Powell, belajar dari kesalahan Bernanke. Hal tersebut ditandai dengan komunikasi yang lebih baik.

Powell, menurut Sri Mulyani, menjelaskan kalau terjadi inflasi dalam perekonomian Negeri Paman Sam. Akan tetapi, inflasi itu temporer sehingga penaikan suku bunga acuan (Fed Funds Rate/FFR) akan dilakukan secara hati-hati.

“Walaupun itu dikritik di dalam negerinya, di Amerika, tapi itu secara dunia memberikan siynal yang lebih kondusif. Jadi orang mulai meng-adjust, oh ya kita tahu Amerika akan berubah karena inflasi tinggi, sehingga semuanya melakukan repositioning. Ini yang menyebabkan tadi degree of volatility atau gedombrangannya itu menjadi sangat tidak tinggi,” ujar Sri Mulyani.

Kendati demikian, lanjut alumni Universitas Indonesia itu, tetap ada sejumlah negara yang rentan terkena dampak tapering.

“Indonesia Insya Allah akan jauh lebih baik. Tadi saya sebutkan CAD kita menurun atau bahkan surplus, ekspor kita bagus, industri kita juga sudah mulai baik. Kalau kita lihat ekspor kita yang tumbuh di atas 50% atau dekat 50%, itu mayoritas juga tidak hanya komoditas. Kita sudah mengekspor besi baja jadi sudah terjadi value added di dalam negeri. Inilah yang sedang dilakukan,” kata Sri Mulyani.

Lebih lanjut, dia mengatakan, perekonomian dunia tidak bisa dikendalikan. Yang bisa dikendalikan adalah ekonomi Indonesia agar lebih tahan terhadap guncangan-guncangan dari sisi global.

“Kita harus melakukan reform banyak sekali supaya dari sisi perdagangan, industri, jasa, kita menjadi jauh lebih kuat, masyarakat kita menjadi lebih kompetitif, ekonominya lebih kompetitif. Sehingga pada saat dunia  yang tidak bisa kontrol terjadi guncangan, kita pasti juga merasa guncangan tapi tidak hancur dalam hal ini. Kita akan bisa meng-absorb atau menahan guncangan itu,” ujar Sri Mulyani.

Komentar