Erdogan Melunak & Kaji Pembelian Rudal S-400 Rusia, Ada Apa?

JurnalPatroliNews – Jakarta, Turki di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan memberikan sinyal akan menahan diri dari rencana pembelian rudal S-400 milik Rusia. Hal itu disebut-sebut atas ancaman AS yang juga sekutu Turki di NATO yang mengancam Ankara dengan sanksi-sanksi ekonomi.

Melansir Al Jazeera, Rabu (10/2/2021), sinyal ini diberikan langsung oleh Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar. Ia menyebut Turki terbuka untuk kompromi serupa dengan yang dicapai Yunani setelah pembelian sistem pertahanan S-300 Rusia yang lebih tua. Yunani menempatkan rudal yang sebelumnya dibeli oleh Siprus itu di Pulau Kreta, Yunani, pada akhir 1990-an untuk meredakan krisis antara Turki dan Siprus.

“Kami sudah mengatakan ini sebelumnya, apapun model yang digunakan untuk S-300 di Kreta, kami terbuka untuk negosiasi,” kata Akar.

“Ini tidak seperti kita akan selalu menggunakannya. Sistem ini digunakan sesuai dengan status ancaman. Kami akan membuat keputusan berdasarkan itu,” kata menteri itu ketika diberitahu bahwa S-300 Yunani “tidak selalu beroperasi.”

Secara terpisah, Bloomberg mengutip dua pejabat Turki yang mengetahui hubungan antara Turki dan AS yang mengatakan bahwa Ankara siap untuk membuat konsesi. Semua itu karena Turki ingin mengamankan pasokan suku cadang di masa depan untuk sistem persenjataan buatan AS dan menghindari kerusakan ekonomi.

Namun, dalam negosiasi itu Turki meminta Washington untuk menghentikan bantuannya kepada pejuang Kurdi Suriah YPG yang dicap pemerintah Turki sebagai teroris.

“Masalah paling sensitif dalam hubungan kami dengan AS adalah dukungan negara itu kepada YPG, lengan PKK di Suriah,” kata Akar.

“Kami dapat menemukan solusi untuk S-400 dalam negosiasi kami dengan AS, tetapi kami berharap mereka melihat fakta tentang YPG. Jika kami tidak dapat menemukan solusi, kami tidak dapat pergi ke mana pun dalam hubungannya dengan AS.”

AS menanggapi pembelian S-400 oleh Ankara terlebih dahulu dengan menangguhkan keterlibatan Turki dalam program jet tempur F-35 dan menyerang badan pengadaan militer Turki dengan sanksi pada bulan Desember.

Menurut AS, rudal S-400 buatan Rusia itu awalnya ditujukan untuk menargetkan perangkat keras NATO, sehingga hal ini jelas membahayakan.

Meskipun Akar telah mendesak dialog untuk menyelesaikan masalah tersebut, Presiden Erdogan bulan lalu mengatakan pembicaraan dengan Rusia tentang gelombang kedua rudal akan dilanjutkan.

(cnbc)

Komentar