Fakta-Fakta Mengejutkan Lab China yang Bocor Paparkan Bakteri

JurnalPatroliNews – Jakarta, Belum usai masalah virus corona (Covid-19), China kembali dihantam kasus bakteri. Ribuan orang positif terpapar penyakit infeksi Brucellosis yang disebabkan oleh bakteri Brucella di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu.

Komisi Kesehatan Lanzhou mengatakan ada 3.245 orang telah terjangkit penyakit yang seringkali disebabkan oleh kontak dengan hewan ternak yang membawa bakteri Brucella.

Awalnya, korban yang positif hanya ada 1.401 orang, dengan tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Secara total, pihak berwenang telah menguji 21.847 orang dari 2,9 juta penduduk kota Lanzhou, sebagaimana dilaporkan oleh CNN International.

Komisi Kesehatan Lanzhou mengatakan wabah ini berasal dari kebocoran di pabrik farmasi biologis Zhongmu Lanzhou, yang terjadi antara akhir Juli hingga akhir Agustus tahun 2019 lalu.

Saat memproduksi vaksin Brucella untuk hewan, pabrik ini menggunakan desinfektan dan pembersih kadaluarsa, menyebabkan tidak semua bakteri dibasmi dalam limbah gas. Bakteri juga tidak dibasmi pada exhaust fan (penghisap udara) pabrik tersebut.

Limbah gas yang terkontaminasi ini membentuk aerosol yang mengandung bakteri dan bocor ke udara, terbawa angin ke Institut Penelitian Hewan Lanzhou, tempat wabah pertama kali dilaporkan.

Beberapa orang di institut itu mulai melaporkan infeksi pada November 2019, dan penularan penyakit tersebut dengan cepat meningkat. Pada akhir Desember 2019, setidaknya 181 orang di institut itu telah terinfeksi brucellosis, menurut kantor berita pemerintah China Xinhua.

Pasien yang terinfeksi lainnya termasuk mahasiswa dan anggota fakultas Universitas Lanzhou; wabah itu bahkan menyebar ke provinsi Heilongjiang, di ujung paling timur laut negara itu, dimana 13 orang positif sebelumnya telah bekerja di institut dokter hewan pada Agustus 2019.

Beberapa bulan setelah wabah, pejabat provinsi dan kota meluncurkan penyelidikan kebocoran di pabrik. Pada Januari 2020, pihak berwenang telah mencabut izin produksi vaksin untuk pabrik tersebut dan mencabut nomor persetujuan produk untuk dua vaksin Brucellosis produksi mereka.

Sebanyak tujuh nomor pengesahan produk obat hewan juga dibatalkan dari pabrik tersebut.

Pada Februari 2020 , pabrik tersebut mengeluarkan permintaan maaf publik dan mengatakan telah “menghukum berat” delapan orang yang dianggap bertanggung jawab atas insiden tersebut.

Mereka juga mengatakan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan pihak berwenang setempat dalam upaya tanggapan dan pembersihan, dan berkontribusi pada program kompensasi bagi mereka yang terkena dampak.

Dalam laporannya, Komisi Kesehatan Lanzhou juga mengumumkan bahwa 11 rumah sakit umum akan memberikan pemeriksaan rutin dan gratis untuk pasien yang terinfeksi. Namun laporan tersebut tidak memberikan rincian tambahan tentang kompensasi untuk pasien.

Bakteri yang Muncul di Hewan Ternak

Penyakit Brucellosis yang juga dikenal sebagai demam Malta atau demam Mediterania ini dapat menyebabkan gejala termasuk sakit kepala, nyeri otot, demam, dan kelelahan, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.

Meskipun beberapa gejala ini mungkin mereda, beberapa gejala bisa menjadi kronis atau tidak pernah hilang, seperti radang sendi atau pembengkakan pada organ tertentu.

Tetapi penyakit yang disebabkan bakteri Brucella ini umumnya terjadi pada hewan ternak, seperti sapi, domba, kambing. Kasus penularan dari manusia ke manusia sangat jarang. Sebaliknya, kebanyakan orang terinfeksi dengan makan makanan yang terkontaminasi atau menghirup bakteri. Ini yang tampaknya terjadi di Lanzhou.

Penyakit Brucellosis sendiri sudah umum di China pada 1980-an, meskipun sejak itu menurun dengan munculnya vaksin dan pencegahan dan pengendalian penyakit yang lebih baik.

Namun, telah terjadi sedikit wabah brucellosis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir; wabah di Bosnia menginfeksi sekitar 1.000 orang pada tahun 2008, mendorong pemusnahan domba dan ternak lain yang terinfeksi.

Di AS, brucellosis telah merugikan pemerintah federal dan industri peternakan miliaran dolar. Sekitar 60% bison betina di Taman Nasional Yellowstone membawa bakteri tersebut, menurut otoritas taman nasional.

(cnbc)

Komentar