Hadiri Pertemuan Sosialisasi Empat Pilar 2021 KMI, Sekjend MPR RI: Ngomongin Ideologi Bukan Jadul, Tapi Mulia

JurnalPatroliNews – Jakarta – Dalam acara Sosialisasi Empat Pilar yang diinisiasi oleh Edi Humaidi, Ketua Umum Kaukus Muda Indonesia (KMI), menghadirkan Ma’ruf Cahyono, Sekretaris Jendral Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI sebagai pembicara yang berlangsung di Gedung Joang 45, Jakarta, Senin (13/12/2021).

“Saya merasa bahagia bisa mendapat kesempatan berdiri di ruangan ini. Baru pertama kali saya masuk ke Gedung Joang 45, tempatnya bagus untuk berdiskusi karena tidak ramai meskipun di depan gedungnya ramai,” ucap Ma’ruf pada saat sambutan.

Diketahui, acara ini adalah sosialisasi empat pilar yang bertajuk Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara UUD NRI Tahun 1945 Sebagai Konstitusi Negara Serta Ketetapan MPR NKRI Sebagai Bentuk Negara Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Semboyan Negara.

“Jadi kenapa sebuah bangsa itu memerlukan ideologi? Karena ideologi seperti pondasi. Kalau penopang berdiri kita lemah, pasti jalan sempoyongan. Jadi untuk menstimulan kesadaran kita, pondasi itu penting. Oleh karena itu, pemahaman terhadap ideologi itu penting sekali, bangsa itu ada sebelum negara ada,” tuturnya.

Ma’ruf menyebut sebagai bangsa Indonesia langkah pertama yang harus dilakukan yakni mengakui prinsip religiusitas, mengingat sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan yang Maha Esa.

“Siapapun yang berada di Indonesia dan tidak mengakui yang namanya prinsip religiusitas, nilai-nilai religiusitas tentulah bukan bangsa Indonesia. Ini ideologi, ini dasar bernegara dan berbangsa. Oleh karena itulah yang disebut religiusitas itu adalah kebebasan menjalankan agama, menganut agama dan kepercayaan dan toleransi beragama, dan lain-lain,” papar Ma’ruf.

Sementara sila kedua berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab, disebutnya, bangsa Indonesia harus memiliki sisi humanitas, menghargai sesama manusia. Humanitas yang dimaksud adalah humanitas adil dan beradab. Kemudian memahami prinsip-prinsip dasar ideologi itu juga harus dalam sehingga makin aplikatif.

Sila ketiga, disebutnya, Persatuan Indonesia. “Kita memiliki prinsip dasar persatuan di Indonesia. Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme Pancasila atau Bhinneka Tunggal Ika. Di dalamnya ada suku yang berbeda. Perbedaan itu jangan dijadikan hal yang ekslusif dan kemudian menstimulan konflik, tapi dijadikan satu keindahan perbedaan yang kemudian menyatukan, merekat namanya. Perbedaan itu harus merekat,” sambungnya.

Ma’ruf melanjutkan, “yang keempat adalah mendasar, namanya demokrasi. Demokrasi kita itu demokrasi khas, khas sekali. Demokrasi yang di situ ada kebijaksanaan, dikemas untuk pengambil keputusan dengan musyawarah yang bisa berlaku baik untuk semua. Berkorban untuk sesuatu kepentingan yang lebih umum, juga bagian dari Nasionalisme. Jadi kebijaksanaan itulah yang memimpin suatu proses demokrasi. Tapi sekarang sudah banyak yang gak begitu (musyawarah), makanya kita kembalikan. Demokrasi ini tolong diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari,”

Komentar