Harga Rekor & Gasifikasi, Picu Investor Serok Saham Batu Bara

JurnalPatroliNews – Jakarta, Harga saham batu bara kembali melesat pada perdagangan hari ini seiring dengan indeks acuan bursa lokal yakni Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau naik 0,10%.

Kenaikan saham batu bara tak lepas dari banyaknya kabar baik yang menjadi katalis bagi saham batu bara dalam beberapa hari ini.

Terbaru, selain harga kontrak futures batu bara termal Newcastle masih lanjut menguat menembus level tertinggi tahun ini, proyek gasifikasi batu bara emiten dengan Pertamina juga batu saja ditandatangani.

Sontak saja saham-saham batu bara kembali menguat pada perdagangan hari ini.

Tercatat seluruh emiten batu bara raksasa yang melantai di bursa efek berhasil menghijau pada perdagangan hari ini dan hanya satu yang terokoreksi.

Kenaikan sendiri dipimpin oleh PT Indika Energy Tbk (INDY) yang berhasil terbang 5,70%ke level Rp 1.855/unit. Sedangkan anak usahanya PT Petrosea Tbk (PTRO) juga menduduki peringkat kedua dengan kenaikan 3,90%.

Sedangkan saham batu legam lain dengan kenaikan lumayan yakni PT Adaro Energy Tbk (DOID) yang berhasil terbang 1,01% ke level Rp 1.500/unit.

Untuk saham batu bara raksasa Pelat Merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA)juga berhasil naik 3,90% ke level harga Rp2.760/unitmeskipunterjadi penundaan rencana gasifikasi batu bara menjadi proyek strategis nasional.

Sedangkan perusahaan batu bara yang terkoreksi hanyalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang turun tipis 0,33% ke level harga Rp 14.925/unit.

Harga batu bara terus mencetak rekor tertinggi. Kini harga si batu legam itu sudah berhasil mencapai level tertinggi di sepanjang tahun 2020 melampui level tertinggi sebelumnya di bulan Januari.

Harga kontrak futures batu bara termal Newcastle ditutup melesat 2,04% ke US$ 77,35/ton. Ini menjadi harga penutupan tertinggi untuk tahun ini. Sebelumnya harga tertinggi untuk kontrak yang aktif ditransaksikan ini berada di US$ 77,15/ton pada 13 Januari lalu.

Pembatasan impor batu bara China dinilai sebagai salah satu faktor yang memicu melonjaknya harga komoditas energi fosil ini. Dengan pasokan ketat yang terjadi di China harga batu bara domestiknya melesat tinggi.

Bahkan pada 4 Desember lalu harga batu bara domestik China sudah mencapai RMB648/ton atau hampir US$ 100/ton. Boikot batu bara Australia oleh China membuat Negeri Tirai Bambu mencari alternatif pasokan batu bara dari produsen lain seperti Indonesia dan Afrika Selatan.

Selain itu sentimen positif tambahan datang setelah PT Pertamina (Persero) menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama pengembangan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) dengan sejumlah perusahaan batu bara, seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Indika Energy Tbk (INDY) di Jakarta, hari ini, Senin (07/12/2020).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, program gasifikasi batubara merupakan upaya perusahaan untuk mengembangkan energi alternatif dengan bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia sekaligus mengurangi impor LPG.

(cnbc)

Komentar