Hilang Penciuman Akibat Virus Corona ‘Beda Dari Pilek dan Flu’

JurnalPatroliNews,– Kehilangan penciuman yang dapat menyertai infeksi virus corona adalah gejala unik dan berbeda dari yang dialami oleh orang yang menderita demam atau flu parah, menurut sekelompok peneliti di Eropa yang telah mempelajari pengalaman pasien.

Ketika pasien Covid-19 kehilangan penciuman, itu cenderung terjadi secara tiba-tiba dan dalam tingkat yang parah.

Dan hidung mereka biasanya tidak tersumbat atau meler — kebanyakan orang yang terinfeksi virus corona masih bisa bernapas lega.

Hal lain yang membedakan mereka ialah hilangnya kemampuan merasa.

  • Kehilangan indera penciuman dan perasa ‘mungkin gejala virus corona’
  • Covid-19: Indera penciuman dan perasa ‘mayoritas pasien pulih’ dalam sebulan
  • Covid-19 di Indonesia: Kasus bertambah 2.081 dalam 24 jam, 79 orang meninggal dunia

Bukannya kemampuan merasa mereka agak terganggu karena indera penciuman yang tidak berfungsi, kata para peneliti dalam makalah di jurnal Rhinology. Para pasien virus corona yang kehilangan indera perasa benar-benar tidak mampu membedakan antara pahit atau manis.

Para pakar menduga hal ini dikarenakan virus menyerang sel saraf yang terlibat langsung dengan sensasi penciuman dan rasa.

Gejala utama virus corona adalah:

  • suhu tubuh tinggi
  • batuk terus menerus
  • kehilangan indera penciuman atau perasa

Siapapun yang mengalami gejala ini harus mengisolasi diri dan menjalani tes usap untuk mengecek apakah mereka telah terinfeksi virus. Orang-orang di rumah tangga mereka juga harus diisolasi demi mencegah kemungkinan penyebaran.

Riset tentang bau

Peneliti utama Prof. Carl Philpott, dari University of East Anglia, Inggris, melakukan tes bau dan rasa pada 30 sukarelawan: 10 menderita Covid-19, 10 menderita pilek parah, dan 10 orang sehat tanpa gejala pilek atau flu.

Kehilangan bau jauh lebih besar dalam pasien Covid-19. Mereka kurang bisa mengenali bau, dan mereka sama sekali tidak bisa membedakan rasa pahit atau manis.

Prof. Philpott, yang bekerja dengan badan amal Fifth Sense untuk membantu orang-orang dengan gangguan penciuman dan perasa, mengatakan: “Tampaknya ada ciri-ciri khusus yang membedakan virus corona dari virus pernapasan lainnya.

“Ini sangat menarik karena ini berarti tes bau dan rasa dapat digunakan untuk membedakan antara pasien Covid-19 dan orang dengan pilek atau flu biasa.”

Ia mengatakan orang-orang bisa melakukan tes penciuman dan perasa sendiri di rumah menggunakan produk seperti kopi, bawang putih, jeruk atau lemon, dan gula.

Ia menekankan bahwa tes diagnostik usap pada tenggorokan dan hidung tetaplah penting jika seseorang merasa mereka mungkin terinfeksi virus corona.

Indera penciuman dan perasa kembali dalam beberapa minggu pada kebanyakan orang yang pulih dari virus corona, imbuhnya.

Profesor Andrew Lane adalah pakar penyakit hidung dan sinus di Universitas Johns Hopkins di AS.

Ia dan timnya telah mempelajari sampel jaringan dari bagian belakang hidung untuk memahami bagaimana virus corona dapat menyebabkan hilangnya penciuman dan telah menerbitkan temuannya di European Respiratory Journal.

Mereka mengidentifikasi sebuah enzim dengan tingkat yang sangat tinggi hanya di area hidung yang memengaruhi penciuman.

Enzim ini, disebut ACE-2 (angiotensin converting enzyme II), dianggap sebagai “titik masuk” yang memungkinkan virus corona masuk ke dalam sel tubuh dan menyebabkan infeksi.

Hidung merupakan salah satu tempat masuknya virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh.

Prof. Lane berkata: “Saat ini kami sedang melakukan eksperimen lebih lanjut di laboratorium untuk meneliti apakah virus memang menggunakan sel-sel ini untuk mengakses dan menginfeksi tubuh.

“Jika itu masalahnya, kami mungkin dapat mengatasi infeksi dengan terapi antivirus yang diberikan langsung melalui hidung.” (BBC Indonesia)

Komentar