DaerahHeadlineNasional

ITB Kabarkan Kesiapsiagaan Akan Ada Tsunami di Samudera Hindia Selatan Jawa

Beno
×

ITB Kabarkan Kesiapsiagaan Akan Ada Tsunami di Samudera Hindia Selatan Jawa

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Tsunami/Net

JurnalPatroliNews, Jakarta — Hasil riset Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkapkan jalur sepi gempa atau seismic gap di Samudera Indonesia tepatnya di Selatan Jawa berpotensi sebagai sumber gempa besar megathrust yang bisa menimbulkan tsunami setinggi 20 meter.

“Riset yang dipublikasikan oleh ITB ini memberikan alasan ilmiah yang kuat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami di Samudera Hindia Selatan Jawa,” kata Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nugroho Dwi Hananto di Jakarta, seperti dikutip dari Cnnindonesia com Senin (21/9/2020).

JPN - advertising column


Example 300x600
JPN - advertising column

Dia menerangkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan tahun ini, ada struktur gundukan memanjang di daerah palung pada kedalaman 4-5 ribu meter dari permukaan laut. Penemuan ini membuatnya menduga bahwa hal ini menjadi penyebab tsunami di Kepulauan Mentawai pada Oktober 2010.

Dia juga mengatakan, gempa yang menyebabkan tsunami ini tergolong gempa menengah dengan kurang dari Magnitudo 8. Sementara itu, pada tahun 2006 terjadi tsunami besar yang melanda pantai selatan Jawa di Pangandaran dan sekitarnya. Kejadian ini yang belum diketahui dengan pasti bagaimana mekanisme detail pembangkitan dan penjalarannya.

Selanjutnya, dia meminta agar penelitian geosains kelautan dilakukan secara lebih detail, terstruktur dan masif harus dilakukan. Sebab menurutnya, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan mitigasi bencana ke depan.

Adapun hasil penelitian ITB tersebut menurutnya bisa diikuti dengan penelitian lanjutan tentang tiga hal. Pertama adalah struktur zona megathrust di Selatan Jawa terutama di daerah-daerah yang ditengarai sebagai daerah sepi gempa (seismic gap) menggunakan perekaman seismometer bawah laut.

Kedua, pemetaan dasar laut mendetail di daerah seismic gap. Yang mana peta ini penting untuk mendapatkan model perambatan gelombang dan landasan tsunami.

Ketiga adalah penelitian struktur detail bawah permukaan dari daerah sepi seismik untuk mengetahui dimana saja terdapat struktur yang berpotensi untuk membangkitkan gelombang tsunami. Hal ini khususnya apabila terjadi gempa dengan skala menengah dan besar.

“Dengan demikian diharapkan diperoleh model zona megathrust yang lebih detail,” pungkasnya.

(rik/*)