Jangan Sampai Pemilih Pemula Jadi Klaster Politik Uang

JurnalPatroliNews-Manado,– Pemilih pemula selalu menjadi incaran para kandidat baik pada kontestasi pilkada maupun pemilu. Selain jumlahnya tidak sedikit, mereka yang memasuki umur 17 tahun atau baru menikah, dianggap mudah ‘dirasuki’ karena pemamahan politik masih minim.

Menurut Dosen Kepemiluan FISIP Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Ferry Liando, kondisi ini menjadi tanggungjawab bersama mengawal kelompok ini agar tidak dijadikan klaster sasaran politik uang.

Dikatakan Ferry Liando, pemilih pemula sebenarnya bukan hanya mereka yang berusia muda.

Pensiunan TNI/Polri turut dikategorikan sama, karena baru pertama kali menggunakan hak pilihnya.

“Sebenarnya pendidikan politik harus difokuskan kepada kalangan ini. Mereka tidak boleh hanya diajarkan teknis memilih, tetapi bagaimana menjadi pemilih yang baik,” kata Ferry kepada BeritaManado.com, Kamis (16/7/2020).

Liando menjelaskan, pemimpin bagus selalu terpilih dari pemilih baik juga.

Namun, jika pemilihnya dipengaruhi uang, maka yang terpilih bakal bermoral buruk.

“Jangan lagi ada klaster baru pemilih pragmatis. Selama ini pilkada kita selalu dinodai dengan pemilih seperti ini. Keputusan mereka untuk memilih selalu didasarkan pada transaksi atau jual beli suara,” tegas Peneliti pada Electoral Research Institute (ERI) tersebut.

Kata Liando, imbas dari pemilih pragmatis sudah banyak terlihat.

Menurutnya, ada sejumlah daerah tidak memilki kemajuan karena pemilihnya tidak menyaratkan kapasitas dan pengalaman calon sebagai pertimbangan untuk dipilih.

Ferry menambahkan, cara memutus mata rantai pemilih pragmatis adalag pendikan politik secara detail dan serius.

Pemilih pemula harus paham dengan efek jika para calon terbiasa menyogok.

“Jangan sampai pemilih pemula ini mengalami krisis kepercayaan akibat keteladanan buruk yang dilakonkan pemimpinnya,” tandasnya.

(Alfrits Semen)

Komentar