Kasus Berandalan Tendang Sesajen! Petrus: Intoleransi Ancam Kearifan Lokal. Romo Benny: Jangan Hakimi Nilai Tradisi Luhur

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Ulah Pria berandalan yang menendang Sesajen di lokasi terdampak erupsi Gunung Semeru, membuat resah Masyarakat dan berbagai komentar menyingkapi peristiwa tersebut.

Petrus Selestinus, Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), menilai, kejadian pria membuang dan menendang Sesajen di Gunung Semeru merupakan fenomena Intoleransi yang semakin merajalela.

Ia mengatakan, hal itu disebabkan oleh Masyarakat, Aparat Hukum dan Pemerintah, bersikap tidak tegas.

“Apa yang terjadi di Gunung Semeru adalah upaya pihak Intoleran yang ingin menunjukan Eksistensi bahwa mereka ada,” ujarnya.

Aparat Kepolisian kini bergerak mencari keberadaan pria penendang sesajen Semeru tersebut. Ulah pria tersebut sempat direkam video amatir dan menjadi Viral di media sosial.

Pria itu diduga melakukan aksinya di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Lokasinya ada di dua titik. Pertama yaitu pura dan sungai yang berhulu dari Gunung Semeru.

Petrus menambahkan, di dalam konstitusi, Negara menjamin hak-hak tradisi masyarakat dan menjalankan hak atas kewajiban beragama dan diperlakukan setara.

“Semuanya setara tidak bisa dianggap satu yang lain lebih tinggi dari yang lainnya, itu semua dijamin sama,” geramnya

“Jadi ketika kepercayaaan Masyarakat untuk menghormati leluhurnya, untuk menghormati Adat Budaya setempat secara turun temurun, kemudian diperlakukan semena-mena oleh sekelompok orang, itu merupakan tindakan yang harus diambil langkah-langkah hukum yang tegas agar diberikan efek jera,” tambahnya.

“Apa yang terjadi di Gunung Semeru merupakan penghancuran terhadap nilai Budaya, yang pada saat ini Negara sedang berusaha sekuat tenaga merawat Kebhinekaan,” tandasnya.

Romo Benny Susetyo, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), menilai, Arogansi pria penendang sesajen di Semeru itu sudah bertentangan dengan nilai Pancasila dan tidak menghormati Kearifan lokal sebagai Adat Budaya peninggalan leluhur.

“Kearifan lokal itu sudah menyatu dalam sanubari Masyakarat lewat Ritual Adat, yang sebenar nya bagian dari ucapan Syukur atas Alam Semesta tidak ada unsur penyembahan berhala,” tuturnya.

“Penghormatan nilai Tradisi harus menjadi Kearifan bersama semua unsur Anak Bangsa. untuk menghargai Nilai-nilai Kemajemukan, tidak boleh ada sikap menghakimi nilai Luhur Tradisinya,” tegas Romo Benny, dikutip JurnalPatroliNews, Selasa, (11/1).

Komentar