Kebijakan Luar Negeri AS: Secara Politik Biden Harus Akui Kekalahan Rezim Saudi di Yaman

JurnalPatroliNews – Yaman,– Sebuah majalah militer Amerika mengatakan bahwa “Badai Penentu” yang dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman pada tahun 2015 akhirnya menjerumuskan rezim pemerintahan Saudi ke jurang perang dengan Ansarullah, yang membuktikan kemenangan mereka dalam pertempuran tersebut.

Kebijakan Luar Negeri, yang khusus menjadi pengamat ahli dalam urusan intelijen dan militer, menambahkan bahwa pejuang Ansarullah di Yaman telah memenangkan pertempuran dan sudah seharusnya  pemerintahan Presiden Joe Biden jujur mengakui kenyataan ini.

Ini menunjukkan bahwa Pangeran Mohammed bin Salman, ketika dia memerintahkan untuk meluncurkan “Badai yang Menentukan” pada tahun 2015, percaya bahwa pertempuran itu akan berakhir dengan kemenangan mudah yang membuka jalan baginya untuk dikukuhkan mandat dalam  perjanjian dan kemudian diangkat sebagai raja. Sebaliknya, kampanye ini menjadi bencana terhadap hubungan masyarakat di mana Saudi hanya dituduh meneror negara berpenduduk miskin dan mengalami putus asa. Ia menekankan bahwa kampanye tersebut membuktikan bahwa rezim pemerintah Saudi tidak dapat mempertahankan diri terhadap perlawanan dengan pejuang miskin yang memiliki kekurangan senjata peralatan tempur  dan tidak memiliki sistem dalam berorganisasi.

Ini menunjukkan bahwa keinginan Saudi untuk melakukan gencatan senjata adalah ekspresi dari posisi yang lemah. Majalah tersebut menilai tudingan Amerika Serikat dan Arab Saudi untuk mencari penyelesaian damai tidak sepenuhnya benar, karena rencana yang disampaikan kepada Ansarullah mendorong mereka untuk berjuang menyusun kekuatan  daripada menerima gencatan senjata. Disebutkan bahwa pemenang biasanya mendiktekan situasi kondisi kepada pihak yang kalah, bukan sebaliknya. Memaksakan kondisi ekstrim secara sepihak pada pemenang pertempuran hal ini berarti pihak Saudi ingin melanjutkan pertempuran.

Majalah itu mengatakan bahwa Resolusi Dewan Keamanan 2216 menuntut agar Ansarullah menyerahkan senjata mereka dan meninggalkan semua daerah yang mereka kuasai, dan mengingat realitas pertempuran saat ini, Ansarullah akan menolak untuk bernegosiasi berdasarkan kondisi yang sudah ketinggalan perkembangan situasi yang terjadi saat ini

Menurut Military Journal, dalam isi perjanjian Resolusi 2216 mencerminkan tuntutan yang tidak realistis dan ketinggalan zaman, itu telah menjadi alasan untuk melanggengkan perang dan mencegah negosiasi praktis, terutama karena semakin lama perang berlanjut, negara semakin terkoyak dan perspektif perdamaian akan bergerak semangkin menjauh.

Majalah itu menyarankan perlunya resolusi baru berdasarkan tiga prinsip: menegaskan kedaulatan, mencegah campur tangan, dan mendukung inklusi. Disebutkan bahwa resolusi baru harus menegaskan kedaulatan dan kontrol penguasa Yaman atas pelabuhan dan perbatasannya.

Komentar