Kembali, Setelah 7 Bulan Harga Batu Bara Menguat Tajam, Tembus US$ 65/ton

JurnalPatroliNews – Jakarta,  Harga kontrak batu bara termal Newcastle ditutup menguat di akhir pekan. Kenaikan harga komoditas di tengah banjir berita positif soal kandidat vaksin Covid-19 memicu terjadinya reli.

Jumat (20/11/2020), harga kontrak batu bara Newcastle naik 2,19% dan tembus ke US$ 65,45/ton. Dalam sepekan harga kontrak batu legam itu naik 4,55%. Secara month to date harga kontrak batu bara naik 10,5%.

Dalam dua pekan beruntun para pengembang vaksin Covid-19 melaporkan hasil analisa awal uji klinis tahap akhir kandidat vaksin Covid-19 mereka. Adalah Pfizer, BioNTech dan Moderna mengklaim bahwa kandidat vaksin Covid-19 yang mereka buat memberikan proteksi dengan tingkat keampuhan di atas 90%.

Pfizer Inc mengatakan mengajukan permohonan kepada regulator kesehatan AS pada hari Jumat untuk otoritisasi penggunaan darurat vaksinnya. Ini merupakan aplikasi pertama yang dilakukan untuk menginisiasi program vaksinasi guna memberikan perlindungan terhadap virus corona baru.

Akibat kabar tersebut, harga-harga komoditas terutama energi seperti minyak pun ikut terangkat. Minggu lalu harga kontrak minyak menguat sampai 5% dan di saat yang sama harga batu bara naik 4,55%.

Kendati jalan panjang masih menanti pendistribusian vaksin ini, optimisme dan harapan bahwa ekonomi akan kembali pulih membuat risk appetite investor dan trader membaik.

Ekspor batu bara Australia ke China memang drop tetapi diimbangi oleh peningkatan impor dari India, Jepang dan Korea Selatan yang merupakan konsumen energi fosil terbesar di kawasan Asia setelah China.

Ekspor ke India dalam pada bulan September tahun ini tercatat sebesar 5,97 juta ton. Namun, impor batu bara India dari Australia sebagian besar merupakan batu bara kokas dan oleh karena itu hanya berdampak kecil pada harga batu bara termal.

Di luar China, pelanggan batu bara termal utama Australia adalah Jepang dan Korea Selatan, yang memberikan gambaran yang lebih positif bagi penambang batu bara asal Negeri Kanguru.

Ekspor Australia ke Jepang sedikit meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Ekspor batu bara tercatat mencapai 8,3 juta ton di bulan Oktober dan 8,45 juta di bulan September. Ekspor pada dua bulan tersebut menjadi yang terbaik sejak Maret.

Pengiriman ke Korea Selatan mencapai 4,95 juta ton pada Oktober atau mengalami kenaikan dari 4,24 juta pada September dan menjadi ekspor Australia terkuat sejak Desember tahun lalu.

Di sisi lain ketatnya pasokan batu bara China telah membuat harga energi primer ini melambung melampaui batas atas yang ditetapkan pemerintah. China mematok batas atas harga batu bara termalnya di RMB 570/ton atau setara dengan 86,67/ton.

Namun pada pekan lalu harga batu bara termal Qinhuangdao 5.500 Kcal/Kg menyentuh level RMB 618/ton atau setara dengan US$ 94,15/ton. Tingginya harga batu bara domestik membuat pasar dipenuhi spekulasi bahwa China akan melonggarkan kebijakan kuota impornya apalagi jelang tahun baru.

Pucuk di cinta ulam pun tiba, China dikabarkan memberikan beberapa provinsinya kuota baru tambahan untuk tahun ini. Sxcoal melaporkan Provinsi Guangdong telah memperoleh 2-3 juta ton kuota baru, menyusul seruan kepada pemerintah pusat untuk kuota sebanyak 28,61 juta ton.

Fujian, Jiangxi dan Guangxi, yang telah menghabiskan kuota tahunan mereka jauh sebelumnya, diketahui telah memperoleh masing-masing 1 Jt, sementara Zhejiang mendapatkan 2 Jt dan tetangganya Jiangsu 2-3 Jt.

Pelonggaran kuota impor ini juga membuat harga batu bara termal Indonesia mengalami penguatan. Berdasarkan Kementerian ESDM, harga batu bara acuan (HBA) bulan November dipatok di US$ 55,71/ton dari bulan sebelumnya di US$ 51/ton.

(*/lk)

Komentar