Komunitas Pamerrasta Tegas Tolak Otsus Jilid II, Ini Isinya!

Jurnalpatrolinews – Nabire : Komunitas Pamerrasta Meepago Papua, merupakan salah satu komunitas yang bergerak di seni musik dengan tegas menolak otonomi khusus [Otsus] jilid II yang diberlakukan propinsi Papua dan Papua Barat.

Penyanyi komunitas Pamerasta, Kristianus Douw menilai apabila Otsus dilanjutkan maka orang asli Papua yang tersisa akan musnah, dan tertinggal bekas sejarah Bangsa Papua.

Pasalnya menurut dia, sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus itu justru berubah menjadi otonomi kasus mulai dari pembunuhan, penembakan, penyisiran, penangkapan, pembabatan hutan dan banyak lagi yang terjadi di atas bumi Cenderawasih.

“Allah, alam dan leluhur bangsa Papua sedang bekerja keras melalui kerja-kerja nyata oleh seluruh organ dan masyarakat bangsa Papua Barat,” kata Kristianus Douw kepada
wartawan, Selasa, [19/1/2021].

Ia berkesimpulan bahwa Tuhan berikan kesempatan tahun 2021 adalah tahun suci bagi bangsa Papua. Mau dan tidak mau, tahun 2021 adalah moment terpenting untuk Papua merdeka.

Menurut ia, Presiden Perserikatan Bangsa Bangsa [PBB] adalah salah satu tokoh perempuan dari Negara Fiji, yang termasuk dalam wilayah Pasifik Melanesian, maka seluruh orang asli Papua bersatu dan mogok sipil untuk membuktikan ke dunia Internasional bahwa bangsa Papua siap bernegara.

Ini isi pernyataan sikapnya;

1] Segera gelar Rapat dengar pendapat [RDP] dan 102 Organisasi yang mana sudah menyatukan penolakan Otsus segera mengambil sikap Mogok Sipil.

2] Semua organisasi Kiri baik mulai dari Organisasi Papua Merdeka [OPM], Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat [TPNPB], Komite Nasional Papua Barat [KNPB], Aliansi Mahasiswa Papua [AMP] , dan lain-lain serta emua pimpinan segera satukan barisan dan mengarahkan masyarakat Bangsa Papua demi mentukan nasib Bangsa Papua.

3] Buanglah rasa benci, dengki, caci maki, egois, dan yg bersifat primitif segera buang demi sumber daya alam [SDA] dan sumber daya manusia [SDM] Bangsa Papua karena Tahun 2021 adalah kesempatan yang suci yang mana Tuhan berikan untuk menentukan penentukan nasib Bangsa Papua.

Hidup 102 orang yang tergabung dalam rapat dengar pendapat [RDP] bagi bangsa Papua Barat, pungkasnya. [wagadei]

Komentar