Mata Hari, Mata-Mata Cantik Yang Dihukum Mati

Jurnalpatrolinews – Jakarta Minggu lalu menandai ulang tahun kelahiran Mata Hari, tidak diragukan lagi dia adalah salah satu mata-mata wanita paling terkenal dalam sejarah. Masih banyak lagi mata-mata wanita yang bekerja tanpa lelah untuk membantu perlawanan Prancis dan pasukan Sekutu. Tidak ada keraguan bahwa mereka memainkan peran integral dalam kekalahan Nazi di PD II. 

Setelah kematian ibunya, Mata Hari, lahir Margaretha Geertruida Zelle di Leeuwarden, Belanda, menikah dengan seorang kapten militer yang ditempatkan di Hindia Belanda. Ketika pernikahan mereka berantakan di awal 1900-an, Zelle pindah ke Paris.

Menjadi akrab dengan kepekaan India, dan memanfaatkan kecintaan Eropa untuk semua hal yang “ketimuran”. Margaretha Geertruida Zelle menyebut dirinya sebagai penari dan seniman Hindu, lengkap dengan kerudung dan bra bermanik-manik. Selama ini, ia juga mengadopsi nama panggungnya “Mata Hari,” yang diterjemahkan dari bahasa Indonesia berarti “mata hari”.

Di awal PD I, Mata Hari menjadi mata-mata Sekutu. Sayangnya, Jerman segera mengetahuinya. Mereka menjulukinya mata-mata Jerman (meskipun beberapa orang mengklaim bahwa dia mungkin adalah agen ganda). Mata Hari ditangkap oleh otoritas Prancis di Paris pada 13 Februari 1917. Meskipun Mata Hari mempertahankan ketidakbersalahan dan kesetiaannya kepada Prancis, dia dinyatakan bersalah melakukan spionase oleh pengadilan militer dan dijatuhi hukuman mati.

Mata Hari berusia 41 tahun saat dieksekusi (oleh regu tembak) pada 15 Oktober 1917. Legenda mengatakan bahwa dia menolak penutup matanya dan bahkan memberikan ciuman ke algojo sebelum dia menemui ajalnya.