Mata Uang Asia Bergerak Variatif Lawan Dolar AS, Rupiah Absen Ikut Cuti Bersama

JurnalPatroliNews – Jakarta,– Mata uang Asia bergerak bervariasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (30/10/2020). Rupiah masih belum berlaga, sebab masih libur cuti bersama dalam rangka bersama perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Kamis kemarin, dan baru dibuka lagi pada Senin (2/10) pekan depan.

Seandainya rupiah turut berlaga, kemungkinan akan berakhir di zona merah, hal ini terlihat pergerakan kurs rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF), kurs NDF sore ini melemah ketimbang kemarin sore, bahkan jauh lebih lemah dari Selasa sore menjelang penutupan perdagangan di dalam negeri sebelum libur panjang.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Dolar AS sedang mendapat sentimen positif setelah Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestic bruto (PDB) tumbuh 33,1% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized).

PDB di kuartal III-2020 tersebut lebih tinggi dari prediksi Reuters sebesar 31,9% maupun Dow Jones sebesar 32%, dan membalikkan kontraksi (tumbuh negatif) 31,4% di kuartal II-2020 lalu.

Jika dilihat secara tahunan (year-on-year/YoY), PDB di kuartal III-2020 masih mengalami kontraksi 2,9%, meski lebih baik ketimbang 3 bulan sebelumnya minus 9%.

Meski demikian, the greenback masih belum mau ngegas sebab pekan depan akan ada pemilihan presiden (pilpres) AS.

Setelah pilpres selesai, isu stimulus fiskal di AS akan kembali menjadi perhatian. Stimulus fiskal pada akhirnya akan cair siapapun pemenangnya apakah petahana dari Partai Republik, Donald Trump, dengan lawannya dari Partai Demokrat Joseph ‘Joe’ Biden.

Namun, nilai stimulus akan lebih besar jika Joe Biden dan Partai Demokrat memenangi pemilihan tahun ini. Saat stimulus fiskal cair, maka jumlah uang yang bereda di perekonomian akan bertambah, dan secara teori dolar AS akan melemah.

Alhasil, mata uang Asia bergerak bervariasi melawan dolar AS. Hingga pukul 15:45 WIB, yen Jepang mampu menguat 0,25% disusul yuan China 0,24%. Sementara itu won Korea Selatan justru melemah 0,42% disusul rupee India 0,34%.

(*/luk)

Komentar