Menilik Kecanggihan Eurofighter Typhoon, Jet Tempur Perang Libya Idaman Prabowo

JurnalPatroliNews – JAKARTA – Menteri Pertahanan (menhan) Prabowo Subianto akan melakukan kunjungan kerja ke Vienna, Austria pada 20 Oktober 2020. Rencana kunjungan Prabowo ke Austria dalam rangka diplomasi pertahanan dan pembahasan lanjutan mengenai pembelian jet tempur bekas jenis Eurofighter Typhoon.

Rencana kunjungan Prabowo diketahui melalui Surat Menteri Pertahanan bernomor 241/M/X/2020, yang dilaporkan oleh salah satu media Austria Kronen Zietung. Prabowo menandatangani surat tersebut pada Kamis 8 Oktober 2020.

Okezone kembali mengulas kecanggihan pesawat tempur multirole generasi keempat buatan konsorsium bersama negara-negara Eropa tersebut. Pesawat tempur ini dapat disetarakan dengan keluarga SU-27 Flanker dari Rusia atau keluarga F-15 Eagle dari Amerika Serikat.

Dilansir Wikipeda, Sabtu (17/10/2020), Eurofighter Typhoon adalah pesawat tempur bersayap delta yang berkemampuan melihat diluar batas pandang (BVR), pesawat tempur superioritas udara jarak dekat, dengan kemampuan serangan permukaan, dan dapat beroperasi dalam waktu yang lama (sampai 2040).

Pesawat ini mempunyai persenjataan canggih seperti sepasang senapan Mauser BK27mm. Senjata ini adalah sistem senjata revolver dengan sistem umpan amunisi linkless tertutup. Eurofighter Typhoon juga memiliki 13 poin keras untuk senjata, empat di bawah setiap sayap dan lima di bawah badan pesawat. Sebuah sistem kontrol persenjataan (ACS) mengelola pemilihan senjata dan menembak dan memantau status senjata.

Pesawat tempur ini dapat membawa berbagai macam rudal seperti air superiority – enam BVRAAM / AMRAAM rudal udara-ke-udara pada semi-tersembunyi stasiun pesawat dan dua ASRAAM jarak pendek udara-ke-udara rudal pada tiang luar.

Jet tempur ini juga memiliki perangkat PIRATE(passive infrared airborne track equipment) IRST (infrared search and track system) dan Praetorian DASS (defensive aid sub-system).

Typhoon dibanderol antara 58-70 juta dolar AS per unit untuk pasar Eropa. Sementara untuk ekspor di luar Eropa, harganya bisa mencapai 124 juta dolar AS. Namun harga ini bisa jauh lebih tinggi, jika negara pemesan menambah fitur sistem dan perangkat lain dalam pesawat.

Pesawat ini juga terkenal saat NATO menggelar operasi di Libya pada Maret 2011. Sebagai bagian dari operasi Odyssey Dawn, Saat itu 10 jet tempur Typhoon Inggris bersama sejumlah pesawat lainnya dikerahkan untuk berpatroli di zona larangan terbang saat Perang Sipil Libya di bawah kepemimpinan Muammar Gaddafi.

Dalam operasi tersebut, Typhoon meluluhlantakan dua tank pasukan Gaddafi di selatan Misrata, Libya, dengan bom berpandu Raytheon Enhanced Paveway II berbobot 454 kg. Jet tempur Typhoon kembali ke Inggris setelah 6 bulan misi dan mencatat total 3.000 jam terbang.

Proyek Eurofighter juga pernah akan ditutup pada 24 Agustus 2010, dikarenakan kecelakaan jatuhnya pesawat Typhoon dua kursi yang menewaskan seorang pilot Angkatan Udara Saudi Arabia yang duduk dikursi depan tanpa ada alasan yang jelas saat lepas landas di Moron Air Base, Spanyol.

Para ahli menduga adanya serangan burung yang menyebabkan kerusakan pada sensor penting pesawat, pilot Instruktur dari Spanyol selamat setelah berhasil meloloskan diri lewat kursi lontar setelah kejadian itu Angkatan Udara Jerman melakukan grounded sekitar 55 pesawat Typhoon pada 16 september 2010 dan pada 17 september 2010 RAF mengistirahatkan sementara program latihan Typhoon namun unit pemukul cepat tetap disiagakan.

(oz)

Komentar