Menolak Lebel Teroris Dan Gencatan Senjata

Kekerasan bersenjata sudah lama terjadi di Papua. Tahun 2018 kekerasan tersebut menguat lagi setelah peristiwa kekerasan terhadap pekerja jembatan di Kabupaten Nduga. Kekerasan yang sama terus berlanjut termasuk yang terjadi di sepanjang bulan April 2021 di Kabupaten Puncak.

Sampai hari ini perkembang situasi di Papua seperti di Nduga dan secara khusus di Kabupatan Intan Jaya dan Puncak menjadi tidak menentu, akibat konflik antara aparat keamanan di satu pihak dan TPNOPM di lain pihak. Sebagai akibat dari konflik kedua pihak ini, telah jatuh banyak korban, baik dari pihak Aparat Keamanan Gabungan, TPNOPM dan juga masyarakat sipil.

Kami sebagai Pimpinan Gereja Katolik Keuskupan Timika, yangmana wilayah pelayanan kami meliputi wilayah-wilayah yang selama ini banyak terjadi konflik, seperti Kabupaten Puncak dan Intan Jaya, sangat prihatin atas peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini dan juga terutama pada minggu-minggu terkahir.

Banyak umat dan masyarakat sipil (asli Papua dan non Papua) terkena dampak dari konflik di atas. Mereka ketakutan, mereka pergi meninggalkan rumah, pekerjaan, mereka pergi meninggalkan kampong halamannya dan mencari tempat-tempat perlindungan yang lebih aman. Sebagaian dari mereka juga telah menjadi korban keganasan baik oleh pihak Keamanan Gabungan (TNI/Polri) maupun oleh pihak TPNOPM.

Situasi di wilayah pelayanan kami, sungguh-sungguh buruk. Perlu adanya upaya bersama, menemukan  langkah-langkah yang tepat dan bijaksana untuk mengembalikan  situasi agar menjadi normal kembali.

Kami sebagai pimpinan Gereja Katolik Keuskupan Timika sangat sedih dan menyesal atas  tanggapan Pemerintahan  Presiden Jokowi, “memerintahkan” aparat keamanan untuk menangani konflik di Papua.  Sebab akan berdampak lebih buruk. Karena sebelum ada perintah langsung dari presiden dan penetapan KKB sebagai teroris, sudah banyak sekali korban dari pihak masyarakat sipil; ditembak mati karena disangka, dikira dan ternyata salah tembak. Contohnya ketiga saudara yang mati dibunuh di RSUD Kabupaten Intan Jaya, sebulan yang lalu. Contoh lain, seorang gila bernama Kuligi Mirip ditembak mati di Dugusiga, Intan Jaya oleh Aparat Keamanan Gabungan (TNI/Polri) dan diberitakan sebagai anggota KKB.

Maka bersama ini kami meminta kepada:

 

  1. Presiden Joko WIdodo dan Pimpinan Aparat Keamanan, agar melakukan indetifikasi kelompok KKB secara benar dan serius agar tidak mengorbankan masyarakat sipil, dan untuk itu kami menolak lebel teroris kepada KKB. Karena pertama, dengan label teroris ruang demokrasi yang selama ini mati surih akan benar-benar mati di Tanah Papua. Kedua, “Papua Tanah Damai” yang selama ini diperjuangkan oleh pimpinan agama-agama dan masyarakat di Tanah Papua akan ternoda. Ketiga, sebelum menetapkan KKB sebagai teroris, ada serangkaian kejadian beruntun yang patut diduga adanya sebuah scenario; Seperti penembakan seorang pedagang, pembakaran pesawat MAF, penembakan seorang anak sekolah, penembakan guru, pembakaran sekolah, penembakan seorang ojek, penembakan kepala BIN Papua dan terakhir penebakan tiga prajurit.
  2. Pemerintah dan pimpinan keamanan, agar bisa secara terbuka memberitahukan siapa sebenarnya KKB. Karena sampai saat ini identitas KKB masih samar dan menimbulkan banyak pertanyaan seperti; apakah KKB itu bukan sekelompok milisi ? Atau apakah KKB itu bukan TPNOPM yang ingin memisahkan diri dari Indonesia ? Atau mungkin sebuah kelompok yang lain sama sekali ?
  3. Pimpinan Keamanan dan para pemimpin TPNOPM agar menahan diri, melakukan genjatan senjata dan bersama-sama mencari jalan penyelesaian yang lebih bermartabat, lebih manusiawi, terbuka, dialogis dan saling manghargai.
  4. Pemerintah Joko Widodo dan Pimpinan Keamanan agar mengevaluasi pendekatan penyelesaian konfik di Papua yang selama ini digunakan. Karena sudah cukup lama pendekatan yang sama digunakan dan sampai hari ini, konflik dan kekerasan tidak selesai bahkan terkesan lebih buruk dari sebelumnya.
  5. Pimpinan Pemerintah dan agama di seluruh tingkatan, agar tetap menjadi pembina yang baik dan bijaksana untuk terus berupaya membina warganya menjadi lebih baik, bisa berkembang ke depan, dan bukan sebaliknya; berupaya untuk menjadikannya menjadi lebih buruk dan menderita.

 

Dan akhirnya kami berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar memberkati semua pihak yang berkemauan baik dan memberikan kemampuan-kemampuan terbaik yang diperlukan  untuk menyelesaikan konflik dan kekerasan yang berkepanjangan di Tanah Papua.

 

Demikian

Timika, 1 Mei 2021

Salam dan doa kami,

Pastor Marthen Kuayo, Pr

Aministrator Keuskupan Timika

Komentar