Nakes Berbagi Kisah: 8-9 Jam Pakai APD Itu Melelahkan

JurnalPatroliNews – Jakarta, Menjadi relawan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet pada masa pandemi jadi tantangan tersendiri. Tantangan meliputi perizinan orang tua hingga tekanan mental yang dialami para pasien.

Hal itu dirasakan oleh Aulia Giffarinnisa, dokter muda asal Sulawesi Selatan yang dengan sukarela mengajukan diri untuk menjadi dokter di RSDC Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Keinginan Aulia untuk mengabdi menjadi relawan Covid-19 tidak berjalan mulus karena harus terlebih dahulu meyakinkan kedua orang tuanya.

“Dari April sudah ingin bergabung ke Wisma Atlet, tetapi orang tua baru memberi izin di bulan Agustus. Pada September akhirnya mulai bergabung ke Wisma Atlet,” kata Aulia dikutip dari laman resmi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional, Jumat (13/11).

Aulia menceritakan tantangan yang dihadapi saat akhirnya menjadi tenaga medis khusus pasien Covid-19. Berbeda dari rumah sakit pada umumnya, seluruh tenaga medis di RSDC Wisma Atlet wajib menggunakan alat perlindungan diri (APD) yang cukup menyulitkan.

“Bekerja selama 8-9 jam menggunakan APD memang capek dan melelahkan. Persoalannya energi kita terkuras. Satu, karena panas, kedua perlu mengatur nafas. Soalnya [pakaian APD] dirangkap-rangkap dan tertutup semua,” ungkap Aulia.

Kelelahan yang dialami nakes dan relawan meliputi fisik dan mental (Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Belum lagi kondisi fisik dan mental Nakes yang harus tetap terjaga. Pasalnya, satu dokter bisa merawat 50-60 pasien, untuk ruang perawatan biasa. Kemudian untuk perawatan di ruang ICU dengan kondisi pasien lebih berat, satu dokter menangani 8-9 pasien.

Tidak hanya dokter, perawat juga berada sangat dekat dengan pasien dan tidak mudah mendapatkan izin keluarga untuk menjadi relawan kesehatan di RSDC Wisma Atlet. Hal itu dirasakan langsung oleh Lia Gustina, wanita asal Lampung yang mengajukan diri menjadi perawat di RSDC Wisma Atlet.

“Waktu itu keluarga juga melarang, apalagi saya punya dua anak kecil. Awalnya suami khawatir, tetapi karena tekad saya keras, saya terus menyampaikan tekad ingin berangkat, dan akhirnya keluarga mengizinkan,” cerita Lia yang sudah 6 bulan di Wisma Atlet.

Meski penuh risiko, para nakes dan relawan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kesembuhan para pasien. Jika pasien yang dirawat kemudian sembuh dan dinyatakan negatif dari Covid-19, maka hal itu merupakan kegembiraan yang tak terhingga bagi nakes dan relawan.

Letkol Marinir Muhammad Arifin, selaku Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet, menambahkan bahwa banyaknya pasien pada awal masa pandemi yang beragam latar belakang menjadi tantangan tersendiri selama dia bertugas.

Arifin mengaku pada awalnya tidak mudah menerapkan protokol kesehatan di RSDC Wisma Atlet. Pemahaman untuk menerapkan protokol kesehatan di kalangan para pasien sangat rendah.

Belum lagi ada tambahan gangguan secara mental yang membuat banyak pasien stres, bahkan hingga menimbulkan keinginan untuk bunuh diri.

“Timbulnya tekanan pada diri pasien karena berkali-kali diuji swab tidak menunjukkan hasil yang baik. Apalagi saat itu kondisinya sedang bulan puasa, pasien ingin pulang untuk lebaran di kampungnya, tapi karena tidak bisa pulang justru menambah beban pikiran,” kisah Arifin.

Namun demikian, Arifin mengaku beruntung karena sebelumnya juga sudah punya pengalaman menangani pasien Covid-19 di Natuna dan Sebaru.

“Ini menjadi modal awal kami untuk melaksanakan tugas di RSDC Wisma Atlet. Bagaimana kami mendukung para pasien Covid-19 ini supaya mentalnya tidak jatuh,” ujarnya.

Meskipun melaksanakan tugas yang sulit, sebagai seorang prajurit, Arifin meyakini bahwa kepercayaan yang diberikan adalah sebuah kehormatan. Begitu pula dengan semangat yang dibawa oleh para nakes dan relawan yang tergerak hatinya untuk mengabdi di RSDC Wisma Atlet.

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia menyadarkan kita bahwa di masa pandemi ini telah muncul pahlawan-pahlawan baru. Sebutan pahlawan layak kita berikan bagi para nakes, relawan, anggota TNI dan POLRI, petugas mobil ambulans, petugas laboratorium, serta mereka semua yang mendukung penanganan Covid-19 dengan mengorbankan pemikiran, tenaga, dan waktunya.

(cnn)

Komentar