Para Jurnalis Dari 4 Negara di Asia Mendiskusikan Tantangan Industri Media Pasca COVID-19

Jurnalpatrolinews – Jakarta : Pada tanggal 27 Februari, Voice of Press (V.O.P.) yang ke-2, Forum Media Asia diadakan secara online dengan topik, “Setelah COVID-19: Transformasi Industri Surat Kabar”. 20 Jurnalis dari Indonesia, Nepal, Hong Kong, dan Filipina mendiskusikan tantangan-tantangan dalam industri media dan juga peluang-peluang dan menyarankan praktik-praktik yang baik untuk dilakukan di tengah-tengah perubahan yang terjadi di dunia media setelah dunia dilanda COVID-19.

Dalam sesi pertama forum, para pembicara mengemukakan tantangan-tantangan yang ada sekarang dan peluang-peluang yang dihadapi oleh industri media di masing-masing negara.

Terry Yeung, seorang konsultan media di Hong Kong, berbicara tentang bagaimana masyarakat jarang sekali memperhatikan produksi media yang sesungguhnya tetapi lebih memikirkan tentang sisi politik dari institusi media. Dia menjelaskan bagaimana polarisasi politik di Hong Kong memburuk selama pandemi, yang telah menyebabkan komunikasi antara media dan orang-orang sangat sulit.

Hendry Nursal, Kepala Editor Jambi Daily dari Indonesia, berempati dengan mengemukakan fakta bahwa outlet-outlet media kecil harus menghentikan bisnis atau layanan mereka karena mereka tidak dapat mendukung biaya-biaya operasional, sementara perusahaan-perusahaan media besar harus memberhentikan pegawai-pegawai dan mengurangi biaya agar dapat menjalankan bisnis.

Sementara itu, Theofel Santos dari Radyo Veritas dari Filipina melihat peluang media online di mana berita-berita dapat dirilis lebih cepat daripada radio atau surat kabar. Platform Sosial Media seperti Facebook dan YouTube membantu para jurnalis untuk menyiarkan berita-berita mereka dan menghasilkan pendapatan melalui iklan-iklan.

Piya Ratna Maharjan, Presiden dari Nepal Track juga telah bersyukur kepada sosial media dan teknologi sebagai alat “untuk berkomunikasi dengan seluruh dunia” yang sudah membantu para jurnalis selama era COVID.

Dalam sesi kedua, sebuah diskusi terbuka diadakan di dalam ruangan-ruangan terpisah setiap negara di mana jurnalis-jurnalis telah menyarankan praktik-praktik untuk dianut di tengah-tengah tantangan-tantangan yang ada.

Michael Balaguer dari Diaryong Tagalog(Filipina) menyorot bagaimana komunitas ilmu pengetahuan telah dihargai dengan baik selama pandemi. Jurnalis-jurnalis ilmu pengetahuan dan MJ Balaguer dari DZMJ Online, Filipina berpendapat bahwa media memiliki peran yang sangat penting dalam menyampaikan informasi yang factual dan berguna kepada masyarakat sebagai bentuk pelayanan masyarakat.

Para jurnalis Indonesia sepakat bahwa media harus fleksibel dan harus berubah untuk menghadapi perubahan kebutuhan orang-orang di zaman sekarang. Tanggung jawab peranan media juga disampaikan kembali oleh Ridwan Mubarak dari Journal News, yaitu termasuk memperhatikan Kode Etik Jurnalis, memberitakan sesuatu kepada masyarakat berdasarkan fakta, dan menggunakan media untuk bisa memberi pengaruh positif kepada masyarakat.

Di tengah diskusi Jurnalis Nepal tentang perubahan media, disebutkan bahwa kesehatan dan keselamatan telah menjadi prioritas utama dari, memaksimalkan alat-alat kolaborasi online seperti Zoom untuk mengurangi pertemuan-pertemuan tatap muka. Untuk operasional media di lapangan, infrastruktur kantor telah diubah untuk mempertahankan jarak sosial.

Levi Leung, Koordinator HWPL cabang Hongkong, telah memastikan tentang rencana tahun 2021 dari Departemen Hubungan Masyarakat HWPL bahwa mereka akan terus mendukung para jurnalis melalui serangkaian webinar terkait situasi industri surat kabar dalam era COVID-19 dan mencari solusi-solusi yang memungkinkan melalui jurnal-jurnal akademik, outlet-outlet media, dan sosial media. HWPL juga akan meningkatkan pernyataan gabungan dari para jurnalis Asia tentang praktik-praktik yang terbaik untuk mengembangkan kesadaran masyarakat umum.

Voice of Press (VOP) adalah tempat komunikasi di mana para jurnalis dari seluruh dunia dapat berpartisipasi dengan sukarela dan berbicara untuk kebebasan media dan jurnalisme perdamaian dengan mendirikan jaringan media dunia. Platform ini diatur oleh Departemen Hubungan Masyarakat Internasional dari Heavenly Culture, World Peace, Restoration of Light (HWPL) cabang Seoul Selatan dan Gyeonggi, sebuah organisasi perdamaian non-pemerintah yang dalam hubungan konsultasi dengan UN ECOSOC dan berhubungan dengan UN DGC.  (***/.dd)

Komentar