Pemerintah Tak Bisa Bantah Resesi Ekonomi Sudah Masuk Indonesia, Menristek Bambang Brodjo: Tinggal Tunggu Pengesahan BPS

Jurnalpatrolinews – Jakarta : Memang betul, menjelang akhir September ini, tidk ada pergerakan signifikan dari perekonomian. Padahal, pemerintah telah berjuang keras melalui berbagai macam program stimulus, insentif serta bantuan langsung tunai (BLT) kepada pelaku usaha maupun masyarakat.

Hasilnya, kata Sri Mulyani, perekonomian tidak beranjak signifikan. Pada kuartal III, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada di rentang minus 1,0% hingga minus 2,9%. Artinya, resesi ekonomi secara teknikal terjadi jika ekonomi dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi atau tumbuh negatif. Pada kuartal II-2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia sudah terkontraksi hingga minus 5,32%.

Menteri Riset dan Teknologi Indonesia/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengamini bahwa Indonesia memang pasti resesi akibat dampak Pandemi COVID-19. Resesi tinggal menunggu pengumuman BPS. “Kita sudah mengalami disrupsi dalam perekonomian kita dengan tingkat cukup signifikan, karena kita bisa melihat dengan potensi resesi yang kita tinggal tunggu pengumuman BPS mengenai kinerja perekonomian kuartal III,” kata Bambang Brodjo dalam webinar, Rabu (23/9/2020).

Mantan menteri keuangan ini menilai wajar kondisi itu terjadi, sebab pandemi COVID-19 telah mengganggu aktivitas ekonomi tradisional, yakni ketika proses transaksi barang atau jasa secara langsung terhenti karena ketakutan masyarakat untuk berinteraksi secara fisik. “Simpel karena kegiatan ekonomi yang konvensional terganggu akibatnya kegiatan jual beli terkoreksi turun dalam. Berujung pada turunnya daya beli karena masyarakat dan pelaku usaha banyak yang kehilangan pendapatan,” tegas mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014 itu.

Dia meyakini, aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat tidak akan lagi sama seperti sebelum adanya Pandemi COVID-19 ke depannya. Sebab hingga saat ini saja angka penyebaran wabah harian dikatakannya terus mengalami kenaikan begitu juga angka kematiannya. “Harapan untuk back to the past memakan waktu lama karena wabah yang dampaknya masih tinggi penambahan hariannya dan sekarang sudah 4000-an orang dan juga tentunya tingkat kematian akibat covid ini juga ada tendensi lebih tinggi,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, Bambang menekankan tidak ada cara lain bagi masyarakat supaya tetap bisa beraktivitas adalah dengan mematuhi dan disiplin menerapkan protokol kesehatan sambil semakin memanfaatkan peranan teknologi informasi yang terus dikembangkan. “Sampai vaksin yang benar-benar cocok ditemukan dan yang jadi obat resmi COVID dihasilkan, sampai itu terjadi mau tidak mau kita harus disiplin ikut protokol kesehatan jadi istilah back to the past kita ganti dengan back to the future,” tutur mantan Menteri PPN/Kepala Bappenas ini.   (bizlaw)

Komentar