Pertamina Bakal Pangkas Impor Migas Demi Kerek Ekonomi RI

JurnalPatroliNews – Jakarta, PT Pertamina (Persero) akan berusaha mengurangi impor minyak dan gas (migas) sebagai salah satu strategi untuk mendukung pemulihan ekonomi Indonesia usai tertekan pandemi covid-19.

Menurut Nicke, langkah ini bisa membantu perekonomian karena impor migas selama ini membebani neraca perdagangan nasional. Tingginya impor memicu defisit neraca perdagangan dan menguras devisa negara di neraca pembayaran.

“Kita (Indonesia) harus menurunkan impor minyak dan LPG yang hari ini menimbulkan defisit neraca perdagangan. Kita harus bisa menyusun ketahanan energi untuk mendorong pertumbuhan,” kata Nicke di acara Outlook Perekonomian Indonesia 2021 secara virtual, Selasa (22/12).

Sebenarnya, sambung Nicke, perusahaan minyak raksasa sudah memetakan beberapa jurus untuk menekan impor migas. Pertama, memunculkan alternatif energi baru yang bisa menjadi substitusi migas impor.

Beberapa alternatif yang sudah muncul saat ini adalah pemanfaatan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai campuran solar sehingga terciptalah biodiesel. Saat ini, program ini berjalan dengan level campuran CPO mencapai 30 persen alias B30.

“Ini akan dikembangkan, sehingga bisa optimalkan sawit yang berlimpah. Kami masuk ke bio energy, bio gasoline,” ujarnya.

Selain CPO, Pertamina juga bakal memperluas penggunaan campuran metanol dan etanol dari batu bara yang selama ini justru banyak diekspor ke luar negeri. Selanjutnya, LPG akan disulap menjadi DME.

Tak ketinggalan, Pertamina akan mengembangkan industri baterai listrik dengan memanfaatkan ketersediaan nikel yang besar di Tanah Air.

Kedua, membangun kilang dan melakukan eksplorasi lebih banyak. Tujuannya, agar BUMN itu bisa lebih memenuhi kebutuhan migas di dalam negeri dari sumber-sumber yang ada di domestik.

“Nantinya, 60 persen investasi akan ada di hulu berupa pembangunan kilang, termasuk petrochemical. Jadi dikombinasikan dengan bangun kilang karena impor masih 70 persen,” ujarnya.

Ketiga, membangun jaringan gas alias jargas mencapai 2 juta jargas yang menyambung ke rumah tangga. Saat ini, totalnya baru ada 500 ribu jargas rumah tangga.

“Sehingga masyarakat punya pilihan, ada minyak, gas, kompor listrik, hingga baterai. Itu nantinya akan membuat perekonomian lebih baik,” tuturnya.

Pertamina juga turut menyiapkan kebijakan pendukung agar berbagai macam sumber energi nonimpor ini bisa dinikmati masyarakat karena menjangkau dari sisi harga dan akses.

“Ketahanan energi bukan hanya untuk menjamin ketersediaannya saja, tetapi bagaimana energi dapat diakses semua masyarakat dengan harga yang terjangkau. Aksesnya juga menjadi bobot yang harus dipenuhi,” jelasnya.

Selain impor, Nicke bilang Pertamina juga akan mendukung pertumbuhan ekonomi dengan program Pertashop di berbagai daerah di Indonesia yang bekerja sama dengan UMKM.

“Nantinya ini akan diterapkan di setiap desa, diharapkan akan jadi driver ekonomi daerah,” pungkasnya.

(cnn)

Komentar