Pertarungan Bakal Masih Sengit, Biden Menang Pilpres & Jadi Presiden AS?, Unggul di Polling

JurnalPatroliNews – Jakarta,– Amerika Serikat (AS) bakal menggelar hajat besar pemilihan presiden (pilpres) yang berlangsung pada Selasa (3/11/2020) waktu setempat. Meski kandidat penantang Joe Biden unggul di polling nasional, calon petahana Donald Trump masih punya kans menang.

Biden, kandidat presiden dari Partai Demokrat, masih memimpin perolehan suara dalam polling, menurut polling The Guardian terhadap delapan negara bagian yang memiliki swing voter terbesar.

Kedelapan negara bagian tersebut adalah Wisconsin, Iowa, Arizona, North Carolina, Michigan, Florida, dan Pennsylvania. Di antara delapan negara bagian tersebut, Trump hanya unggul di satu negara bagian, yakni Ohio.

Di polling terpisah, presiden AS Donald Trump memimpin di negara bagian lain yakni Iowa, sebagaimana diberitakan Des Moiner Register. Ini merupakan perubahan signifikan dari posisi September ketika kedua kandidat masih terhitung imbang, sama-sama di angka 47%.

Dalam polling yang disusun Selzer & Co. dan dirilis pada Sabtu (31/10/2020), Trump mendapatkan dukungan sebanyak 48% dari peserta polling, meninggalkan Biden yang mendapatkan 41%. Namun sekali lagi, itu hanya di Iowa.

Menurut Des Moines Regster, Trump mencuri dukungan dari konstituen independen, karena Biden kehilangan dukungan di antara kaum perempuan di negara bagian tersebut. Polling tersebut mengambil sampel dari 814 orang dengan margin error sebesar 3,4%.

Sementara itu, hasil polling BBC juga tak beda jauh. Biden masih memimpin polling di tingkat nasional dengan margin 9 persen poin, mendapatkan 52% dukungan, sedangkan Trump hanya mendapat 43% dukungan. Dari 14 negara bagian, Trump hanya unggul di Texas dan Iowa, sedangkan 12 negara bagian lainnya disapu bersih oleh Biden.

Jika mengacu pada sejarah, Trump terhitung memenangi suara elektoral di 10 negara bagian pada 2016, terlepas dari hasil polling saat itu yang mengindikasikan kemenangan Clinton. Hasil pilpres justru menunjukkan Clinton hanya memenangi 4 negara bagian.

Menurut polling The New York Times dan Siena College pada Rabu, Biden juga tercatat unggul sebesar 8% di Michigan, wilayah yang pada 2016 menjadi salah satu kunci kemenangan Trump. Di luar itu, ia juga menang di Arizona, Florida, Pennsylvania, dan Wisconsin.

Namun sekali lagi, pada 2016 Trump merebut suara kaum swing voter sebanyak 51%, sedangkan Hillary Clinton hanya mendapat 38%. Jika melihat sejarah tersebut, maka tidak ada jaminan bahwa Biden pasti menang, terlebih karena AS memberlakukan sistem electoral treshold.

Belum lagi jika melihat realitas bahwa pilpres kali ini akan memperbolehkan sistem pemilihan via email. Di mana perhitungan suara sangat mudah berubah karena suara dari pemilih tak akan dihitung jika email terlambat masuk, atau terdapat kesalahan pengisian formulir.

Hal ini akan membuat keunggulan polling populer berpeluang menjadi ternisbikan, karena bisa jadi dukungan tersebut tidak termanfestasi dalam perolehan suara akibat kendala-kendala teknis tersebut.

Namun, sejauh ini beberapa media masih menjagokan kemenangan Biden, sebagaimana proyeksi The Economist. Jadi, pertarungan bakal masih sengit, terutama karena Trump yang memiliki catatan rekor menyalip di suara elektoral menyatakan takkan mundur dengan mudah.

(*/red/ln)

Komentar