Kondisi Kritis, Pakar Sebut : Potensi Penularan Corona Jatim ‘Kalahkan’ DKI Jakarta

JurnalPatroliNews – Jakarta : Potensi penularan virus corona (Covid-19) di Provinsi Jawa Timur disebut pakar epidemiologi Universitas Airlangga Surabaya, Windhu Purnomo, sudah mengalahkan DKI Jakarta.
Kasus positif virus corona (Covid-19) di Jawa Timur terus melonjak tajam beberapa hari belakangan. Presiden Joko Widodo bahkan telah meminta jajarannya agar fokus melakukan penanganan corona di Jatim.
Windhu Purnomo pun menyebut mengatakan kondisi Jatim bahkan telah kritis.
“Kritis ini kondisinya Jawa Timur,” kata Windhu, kepada rekan media, Rabu (27/5) sore.
Catatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, saat ini kasus kumulatif virus corona di provinsi ini telah menembus angka 4.112 pasien. Sebanyak 548 pasien di antaranya sembuh dan 337 pasien lainnya meninggal dunia.
Windhu melanjutkan, angka penularan infeksi reproduksi efektif (Rt) di Jatim juga sangat tinggi, yakni berada di angka 1,7. Angka itu mengungguli Rt DKI Jakarta yang sudah turun menyentuh angka 1,1. DKI Jakarta sendiri saat ini memiliki 6.895 kasus positif corona.
“Ya memang (jadi episentrum), karena RT. Jatim 1,7. Itu artinya tinggi banget. DKI sekarang sudah 1,1. Indonesia secara umum 1,1. Itu jelas, kita ini di Jatim ini memang sangat tinggi kasusnya,” ujar Windhu menjawab pertanyaan status Jatim sebagai episentrum baru.
Penyumbang terbesar kasus positif virus corona di Jatim, yakni adalah wilayah Surabaya Raya. Rinciannya, 2.216 kasus di Kota Surabaya, 565 kasus di Kabupaten Sidoarjo dan 153 kasus di Kabupaten Gresik.
Dengan angka tersebut, kata Windhu, wilayah Surabaya Raya memilik angka Rt mencapai 1,4 hingga 1,8. Di bawah Surabaya, ada pula wilayah Malang Raya, yang juga memiliki Rt cukup tinggi.
Rincian kasus positif Covid-19 di Malang Raya sendiri yakni, 74 kasus di Kabupaten Malang, 41 kasus di Kota Malang dan 12 kasus di Kota Batu.
“Terutama yang nyumbang kan Surabaya Raya dan Malang Raya juga tinggi. Ternyata tanggal 26 Mei kemaren (Malang Raya) Rt nya 1,9. Surabaya 1,4. Tapi tidak stabil ya karena kemarin kemarin 1,8,” kata Windhu.
Faktor Kepatuhan
Windhu mengatakan, jika dilihat dari letak geografis dan akses masuk ke Jatim, provinsi itu sebenarnya tak terlalu berbeda jauh dengan kondisi sejumlah provinsi lain di Jawa seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Namun, menurutnya ada faktor lain yang menyebabkan kasus corona di Jatim melonjak signifikan jika dibandingkan dengan pertambahan kasus di provinsi lain yang cenderung stabil. Hal itu tak lain adalah kepatuhan masyarakatnya.
“Sebenarnya kalau seperti pelabuhan pintu-pintu masuk itu kan ya Jawa Barat, Jawa Tengah juga hampir sama [dengan Jatim]. Cuma memang kelihatannya tidak tahu ini, soal kepatuhannya kah?” ucap Windhu.
Meski demikian, ada sejumlah pintu masuk yang bisa rawan menjadi titik transmisi penularan virus corona di Jatim. Yakni Bandara di Surabaya. Juga pelabuhan di Banyuwangi yang menjadi akses dari arah Bali.
“Kalau soal pintu-pintu masuk banyak, ya. Saya rasa pintu masuk yang terpenting ya Bandara Juanda Surabaya, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kalau yang pelabuhan kecil saya kira nggak terlalu ini (signifikan) lah. Kemudian Pelabuhan Ketapang Banyuwangi yang jadi akses dari Bali,” ujar Windhu.
Belum lagi banyak pondok pesantren di Jatim. Windhu mengatakan sebaiknya pesantren tak terlalu terburu-buru meminta santrinya untuk kembali ke pondok usai pemulangan. Ia mengatakan hal itu untuk mengantisipasi kembali terjadinya penularan di tingkat klaster atau transmisi lokal.
Untuk itu, faktor kepatuhan masyarakat yang menjadi poin terpenting untuk menahan laju penularan Covid-19 di Jatim. Pemerintah dan aparat juga harus tegas dalam menegakkan aturannya. Terutama di wilayah yang tengah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti Surabaya Raya.
Apalagi kini situasi telah memasuki massa pasca Hari Raya Idulfitri 1441 H. Windhu mengatakan, ini merupakan momentum pemerintah dan aparat untuk makin mempertegas aturan setelah pada Lebaran lalu aktivitas masyarakat cenderung tinggi dan abai terhadap protokol kesehatan.
“Tapi terutama ketidaktegasan, kurang tegas. PSBB tahap tiga ini harus betul-betul tegas. Mumpung ada kesempatan bahwa sebetulnya melewati Lebaran ya, harusnya kita sudah bisa menguasai. Momentumnya bagus sebetulnya, kita bisa lebih tegas,” kata Windhu.
(*/lk/**)

Komentar