Situasi di Lapangan Sedang Tak Kondusif, Aprindo Imbau : Peritel Tarik Produk Made in Prancis

JurnalPatroliNews – Jakarta,  Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) telah mengimbau peritel yang menjadi anggota asosiasi untuk menarik produk bertuliskan buatan (made in) Prancis. Hal ini dilakukan karena banyak permintaan dari sejumlah kelompok masyarakat agar peritel memboikot produk dari Prancis.

Sekretaris Jenderal Aprindo Solihin menuturkan pihak asosiasi melihat situasi di lapangan sedang tak kondusif saat ini. Terlebih, sebuah video yang viral memperlihatkan salah satu organisasi masyarakat (ormas) melakukan sweeping  produk Prancis di toko ritel.

Selain itu, surat Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengimbau umat Islam di Indonesia melakukan boikot terhadap produk Prancis juga menjadi landasan Aprindo dalam menentukan sikap.

“Saya bicara dengan asosiasi, tadi kami menentukan sikap. Kami minta untuk sementara waktu peritel menarik display produk yang bertuliskan made in negara itu (Prancis),” ungkap Solihin kepada rekan media, Rabu (4/11).

Ia menyatakan langkah ini diambil untuk mengantisipasi agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan di toko ritel. Sebab, salah satu pihak bahkan ada yang mengancam akan membakar toko tersebut jika produk asal Prancis tetap dijual.

“Kami minta untuk menarik barang dari negara itu (Prancis) sementara waktu karena melihat kondisi seperti ini. Ini antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” tutur Solihin.

Ia menyatakan produk asal Prancis biasanya banyak ditemui di pusat perbelanjaan. Produk-produk itu, seperti Louis Vuitton dan Hermes.

Namun, jika ada peritel yang tetap menjual produk asal Prancis, Solihin menyebut tidak apa-apa. Sebab, penarikan produk Prancis hanya imbauan asosiasi.

“Kami mengimbau, mau atau tidak mau ya sah-sah saja,” imbuh dia.

Namun, ia menegaskan pihaknya hanya mengimbau agar peritel menarik produk yang benar-benar bertuliskan made in Prancis. Jika produknya asal Prancis, tapi tetap diproduksi di Indonesia, maka peritel tetap bisa memasarkan produk itu.

“Contoh nih ada satu produk di Jawa Tengah, itu produk asal negara itu (Prancis) atau Indonesia? Nah pokoknya yang diimbau adalah produk yang benar-benar dibuat di Prancis,” katanya.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut penyerangan di Gereja Notredame Basilica di Nice beberapa waktu lalu adalah tindakan gila teroris Islam. Dia menyatakan tak akan menyerah menghadapi terorisme.

Penyerangan itu sendiri membuat tiga orang tewas. Satu di antaranya dipenggal oleh pelaku yang diduga kuat warga Tunisia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecam keras pernyataan Macron yang telah menghina agama Islam dan melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia. Pernyataan Macron dianggap bisa memecah belah persatuan antar umat beragama di dunia.

“Mengaitkan agama dengan tindakan terorisme adalah sebuah kesalahan besar. Terorisme adalah terorisme. Teroris ada teroris. Terorisme tidak ada hubungannya dengan agama apapun,” terang Jokowi.

Kendati begitu, Jokowi mengajak seluruh dunia untuk tetap mengedepankan persatuan dan toleransi beragama. Hal ini khususnya demi membangun dunia yang lebih baik ke depannya.

(*/lk)

Komentar