Tak Memberikan Solusi Konkret. Jokowi Sindir Anggota Pertemuan G20

JurnalPatroliNews – Jakarta, – Upaya Pemerintah RI untuk beralih dari Energi Fosil ke Energi Ramah Lingkungan butuh dana yang cukup besar. Ironisnya, sampai saat ini, belum ada Skenario Global yang final terkait besaran biaya Transisi Energi ke Emisi Nol Bersih (net zero emission).

Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Indonesia EBTKE ConEx ke-10, Senin (22/11). Menurutnya, pertemuan COP26 maupun G20 tak memberikan solusi konkret meski sudah membahas intens transisi energi dalam dua tahun terakhir.

“Saya sendiri ditanya waktu di G20 maupun oleh PM Boris Johnson menyampaikan, untuk net zero emission Indonesia di 2060, Kok enggak bisa maju? Yang lain 2050. Ya enggak apa-apa, yang lain-lain kalau hanya ngomong saja saya juga bisa,” ungkap Jokowi.

“Misalnya investasi datang, kan harganya tetap lebih mahal dari batubara. Siapa yang bayar gapnya? Ini yang belum ketemu. Negara? Kami? Gak mungkin. Angkanya berapa ratus triliun? Atau dibebankan ke masyarakat? Tarif listrik naik? Juga tidak mungkin,” imbuhnya.

Untuk itu, Ia menugaskan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), serta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) supaya menghitung biaya Transisi Energi secara mendetail.

“Kalkulasinya yang konkret, hitungan angkanya riil. Kalau kita mentransisikan pasti ada harga yang naik. Pertanyaannya, siapa yang bertanggung jawab, Pemerintah atau Masyarakat atau Masyarakat Global. Mau mereka nombokin ini? tanyanya.

Meski begitu, Jokowi menyebut Indonesia memiliki Potensi Energi Ramah Lingkungan yang besar hingga 418 gigawatt (GW). Jumlah itu meliputi Energi dari Hydropower, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), arus bawah laut, hingga Solar Panel.

Komentar