Temukan Vaksin Corona, Ini Dia! Mengenal 2 Kandidat Terkuat Vaksin Covid-19 Menurut WHO

JurnalPatroliNews-Jakarta,– Chief scientist World Health Organization (WHO) Soumya Swaminathan menyebut vaksin Covid-19 yang sedang dikerjakan AstraZeneca dan Moderna jadi kandidat terdepan dalam perlombaan menemukan vaksin buat melawan corona. Pernyataan ini disampaikan Saoumya Swaminathan dalam konferensi pers WHO di Jenewa yang digelar pada Jumat pekan lalu, seperti dikutip dari Reuters, Senin (29/6/2020).

“Tentunya dalam hal seberapa maju mereka, tahapan di mana [AstraZeneca] berada, saya pikir ini mungkin kandidat utama,” ujar Soumya Swaminanthan. “Jadi mungkin saja mereka akan mendapatkan hasil yang paling awal.”

Sumya Swaminanthan menambahkan pengembangan kandidat vaksin dari Moderna tidak jauh di belakang AstraZaneca. Sama seperti vaksin AstraZaneca, Moderna juga akan memasuki uji klinis fase 3 atau diuji ke banyak orang dengan rentang usia anak-anak hingga orang tua.

“Kami juga tahu vaksin Moderna juga akan masuk ke uji klinis fase tiga, mungkin mulai pertengahan Juli, dan agar calon vaksin tidak jauh di belakang,” katanya.

“Tapi saya pikir AstraZeneca tentu memiliki cakupan yang lebih global saat ini dalam hal di mana mereka melakukan dan merencanakan uji coba vaksin mereka.”

AstraZaneca merupakan perusahaan farmasi asal Inggris yang mengembangkan vaksin Covid-19 dengan menggandeng University of Oxford. Nama kandidat vaksinya AZD 1222, yang sebelumnya bernama ChAdOx1 nCoV-19.

Vaksin ini sudah memasuki uji klinis tahap tiga ke manusia. Empat negara, yaitu Italia, Jerman, Belanda dan Perancis telah membayar uang muka US$843,2 juta untuk memesan 300 juta dosis vaksin.

Diprediksi hasil vaksin ini akan diketahui pada Agustus atau September dan bila berhasil akan mulai diproduksi dengan target tersedia akhir tahun ini.

CEO AstraZaneca Pascal Soriot mengklaim vaksin buatannya akan mampu memberikan perlindungan dari Covid-19 selama setahun. Ini di atas prediksi penasihat Presiden AS Donald Trump Anthony Fauci yang memprediksi vaksin tampaknya hanya memberikan perlindungan kurang dari satu tahun.

“Kami pikir vaksin itu akan memberikan perlindungan sekitar satu tahun,” ujar Pascal

Moderna merupakan perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat (AS). Perusahaan ini mengembangkan vaksin bernama mRNA 1273. Chief Executive Officer (CEO) perusahaan bioteknologi Moderna, Stephane Bancel mengatakan jika vaksin yang mereka kerjakan kini sudah mendekati 80% hingga 90% untuk mendapatkan peluang persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) setelah memasuki uji klinis dengan manusia.

“Kami tahu kemampuan kami,” kata Bancel dalam sebuah wawancara, yang dilansi dari CNBC.

“(Vaksin) ini bekerja pada MERS, Zika, dan CMV, dan seterusnya. Ketika Anda memiliki urutan yang tepat… Anda akan mendapatkan antibodi yang menetralisir.”

Bancel memaparkan lima alasan mengapa perusahaan berusia 10 tahun ini dapat merampungkan vaksin lebih cepat dibandingkan lainnya. Pertama, Moderna menggunakan teknologi messenger RNA, yakni cara untuk mengirimkan instruksi genetik ke sel-sel tubuh untuk membuat protein.

Vaksin yang disebut mRNA-1273 ini menginstruksikan penyandian protein lonjakan virus corona yang memiliki nama resmi SARS-CoV-2. Setelah sel-sel tubuh membaca instruksi dan membuat protein, sistem kekebalan tubuh akan meningkatkan respon untuk melindungi diri dari virus tersebut.

Kedua, vaksin mRNA-1273 ini adalah vaksin kesepuluh yang dibawa ke dalam uji klinis manusia. Sebelum adanya COVID-19, Moderna sempat membuat vaksin terhadap CMV atau cytomegalovirus. Ketiga, Moderna sebelumnya sempat membuat vaksin penyakit Sindrom Pernafasan Timur Tengah atau MERS yang disebabkan oleh keluarga coronavirus yang sama dengan virus yang menyebabkan COVID-19.

Sedangkan alasan keempat dan kelima adalah perusahaan Moderna memiliki pabrik sendiri di Norwood, Massachusetts. Pabrik yang “sepenuhnya digital” dan “sepenuhnya terintegrasi” ini menggunakan mesin untuk menghindari kesalahan manusia. (lk/*/)

Komentar