HeadlineInternasional

Terungkap! Ini Teknologi Bom yang Dijual Biden ke Israel

Avatar
×

Terungkap! Ini Teknologi Bom yang Dijual Biden ke Israel

Sebarkan artikel ini
Foto: Sebuah F / A-18 Hornet

JurnalPatroliNews – Jakarta, Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dikabarkan setuju menjual teknologi canggih bernama Join Direct Attack Munitions (JDAM) untuk bom kepada Israel senilai Rp 10,5 triliun (asumsi Rp 14.300/US$).

Hal ini diungkapkan oleh seorang sumber yang merupakan anggota parlemen AS. Ia menyebut kongres sudah diberitahu secara resmi tentang penjualan komersial tersebut pada 5 Mei lalu, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (18/5/2021).

JPN - advertising column


Example 300x600
JPN - advertising column

Ini dilakukan sebagai bagian dari proses peninjauan reguler sebelum melanjutkan perjanjian penjualan senjata asing utama. Di bawah undang-undang AS, pemberitahuan resmi memberikan 15 hari bagi Kongres untuk menolak penjualan tersebut.

Lantas secanggih apa JDAM buatan Boeing ini? Mengitup situs perusahaan, JDAM merupakan perangkat berbiaya rendah yang mengubah bom yang tadinya jatuh bebas menjadi senjata “pintar” yang dipandu secara akurat.

Perangkat ini menggunakan sistem inertial navigation system atau sistem global positioning system (INS/GPS) serta bodi strake untuk stabilitas dan daya angkat tambahan. Dengan alat ini bom dapat dikirimkan secara akurat dalam kondisis cuaca apa pun dan diluncurkan dari jarak yang sangat jauh dari target.

Alat ini juga memiliki alat tambahan Laser JDAM yang memiliki keunggulan dapat dipasang dalam beberapa menit pada JDAM yang menambahkan kemampuan untuk mengejar target potensial, termasuk target seluler dan di laut.

Laser JDAM telah digunakan di pesawat tempur F-15E dan F-16 Angkatan Udara AS serta F/A-18 dan A/V-8B angkatan laut AS. Boeing menyelesaikan siklus pengembangan dan pengujian Laser JDAM dalam waktu kurang dari 17 bulan dan mengirimkan laser JDAM produksi pertama ke Angkatan Udara AS pada Mei 2008.

Pada 2018, laser JDAM berhasil digunakan dalam pertempuran di Irak. Pada 2010, Angkatan Laut AS menggunakan alat ini untuk Direct Attack Moving Target Capability (DAMTC).

(cnbc)