Tidak Ada Bukti!, Geger Soal Temuan Mutasi Corona D614G di Indonesia, Ini Penjelasan Menristek RI

Jurnalpatrolinews – Jakarta : Mutasi virus Corona D614G yang ditemukan di Malaysia bikin gempar. Mutasi tersebut disebut 10 kali lebih menular. Sebelumnya mutasi ini lebih dulu ditemukan di Eropa dan Amerika Serikat, dan kini sudah ada di Indonesia.

Mutasi Corona D614G setidaknya sudah ditemukan di beberapa kota yang ada di Indonesia. Berdasarkan hasil whole genome sequencing yang dilakukan beberapa institusi, mutasi virus Corona D614G ini ditemukan di Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Tangerang, dan Surabaya.

“Ini memang sebetulnya sudah dideteksi di Indonesia keberadaannya, dilaporkan bulan Mei yang lalu,” ungkap Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio.

“Dan dari isolat yang sebetulnya diperoleh bulan April, jadi sebetulnya bulan April sudah ada,” lanjutnya.

Apakah mutasi D614G berbahaya?

Mutasi Corona ini awalnya disebut-sebut 10 kali lebih menular. Menteri Riset dan Teknologi RI Prof Bambang Brodjonegoro menegaskan tidak ada bukti bahwa mutasi ini bisa memperparah penyakit maupun lebih menular.

“Kami baru saja melakukan komunikasi dengan presiden GISAID yang melakukan analsis ini. Tidak ada bukti, belum ada bukti yang menyatakan bahwa mutasi D614G ini lebih ganas atau lebih berbahaya,” tegasnya dalam siaran pers BNPB Rabu (2/8/2020) lalu.

Prof Bambang menambahkan, dari 24 whole genome sequence yang dikirim Indonesia ke GSAID, ada 9 yang mengandung mutasi D614G di Indonesia. Berikut sebarannya:

3 dari Surabaya
2 dari Yogyakarta
2 dari Tangerang dan Jakarta
2 dari Bandung

Apakah mutasi D614G dapat mempengaruhi pembuatan vaksin?

Prof Amin menjelaskan mutasi virus Corona COVID-19 tidak mempengaruhi protein yang menjadi sasaran dari vaksin tersebut. Selama tidak mempengaruhi RBD (receptor binding domain) maka vaksin Corona yang dikembangkan di Indonesia dapat digunakan.

“Selama mutasi-mutasi itu tidak mempengaruhi protein yang menjadi sasaran dari vaksin yaitu, RBD (receptor binding domain) maka mutasi itu tidak mempengaruhi sehingga vaksin yang dikembangkan di Indonesia itu dapat digunakan di negara lain,” papar Prof Amin.

“Mutasi ini memang menyebabkan perubahan pada spike protein dari coronavirus, tapi tidak mengganggu RBD dan selama vaksin ini ditujukan terhadap RBD maka tidak akan mengganggu kinerja vaksin,” kata Prof Amin. (lk/*)

Komentar