HeadlinePolitik

Veronica Koman, Memeras OAP Atas Dalih Solidaritas

Avatar
×

Veronica Koman, Memeras OAP Atas Dalih Solidaritas

Sebarkan artikel ini
Veronica Koman bersama-Joshua Wong

Jurnalpatrolinews – Jayapura : Veronica Koman Liauw merupakan aktivis dan pengacara HAM yang kerap dihubung-hubungkan dengan gerakan separatisme di Provinsi Papua. Perjalanan Veronica dalam mengusung Papua memanglah tidak mudah, dalam setiap aksinya pun mengharuskan Veronica untuk bermain intrik dan peran.

Pasalnya kasus tuntutan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) atas pengembalian dana beasiswa yang digunakan Veronica untuk melangsungkan pendidikan masternya di Negara Australia telah membanjiri lini masa pemberitaan.

JPN - advertising column


Example 300x600
JPN - advertising column

Banyak pihak mengatakan bahwa Veronica Koman telah menjual dirinya dan menyusahkan orang asli Papua (OAP) meskipun dengan cara yang sangat-sangat halus.

Ditengah krisis dan keterbelakangan orang papua, Veronica Koman yang bermuka dua telah sampai hati memakan juga sumbangan yang digalang bahkan kepada mama-mama di belantara hutan Papua yang kesehariannya hanya mengenal ubi dan babi. Jika saja mama-mama itu ditanya tentang siapa Veronica Koman, sudah pasti mereka akan termangu dan mengatakan tidak tahu-menahu soal nama itu.

Veronica Koman hanya memanfaatkan kemanisan dan bujuk rayunya terhadap Papua. Ia selalu mengatasnamakan perjuangan Papua, padahal upayanya sampai saat ini belum menunjukkan keberhasilan. Malah atas berbagai provokasinya banyak tokoh Papua yang terpaksa digelandang dan menerima peradilan di penjara.

LPDP adalah Lembaga bentukan kementerian keuangan sebagai peyedia layanan beasiswa yang ditujukan kepada berbagai sarjana berprestasi untuk menyokong cita-cita bangsa, Indonesia Emas pada tahun 2045. LPDP memang sangat banyak dielu-elukan karena dengan beasiswa LPDP tersebut biaya pendidikan di luar negeri menjadi sangat terjangkau.

Namun yang perlu digaris bawahi adalah kasus LPDP dan Veronica Koman adalah ranah pribadi yang tidak menyangkut berbagai alian, kelompok, bahkan institusi.

Veronica boleh sesumbar dan mengatakan bahwa ia bersedia mengembalikan uang beasiswa milik LPDP. Namun dibalik keangkuhannya tersebut ada cerita miris dibaliknya.

Diketahui bahwa LPDP telah melayangkan surat tuntutan kepada Veronica Koman untuk mengembalikan dana beasiswa. Namun dalam tindak lanjutnya Veronica meminta untuk bisa melunasinya dengan cara cicilan sebanyak 12 kali.

Sehingga pada bulan November 2019 ia menerima surat penagihan pertama, dan bersedia membayar uang sejumlah Rp 64 Juta.

Namun dalam perkembangannya tentang cicilan tersebut Veronica sengaja mengunggah pemberitaan tentangnya yang didesak untuk mengembalikan dana beasiswa. Keanehan ini terlihat ketika ada jeda waktu 9 bulan sebelum ia meminta-minta OAP untuk ikut membayar denda tersebut.

Apa yang dilakukan oleh Veronica adalah siasat dan hanya pemanfaatan situasi. Ia tidak mampu membayar uang pendidikannya, dan mulai membodohi rakyat Papua untuk turut mencarikan sumber pendanaan dengan dalih solidaritas.

Meski demikian Indonesia tidak akan terpuruk atas tekanan Veronica Koman, karena ia hanya satu dari 115 siswa berprestasi lainnya yang didorong pemerintah Indonesia untuk mendapatkan dukungan dana beasiswa pendidikan di luar negeri. Hebatnya lagi 115 penerima beasiswa itu juga baru dihitung di tahun yang sama, bangsa ini tidak akan kehabisan orang-orang cendekia yang berprestasi dan berbudi luhur.  (Ind Paper)