Wajib Tau! Antara Ada dan Tiada Dalam, ‘Jeratan Cinta’ Covid-19, Ini Kisah Laksda (purn) Kingkin Suroso

JurnalPatroliNews, Jakarta – WABAH COVID-19 bisa terpapar kepada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Itulah yang diyakini oleh Wakil Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Kingkin Suroso, yang sempat dirawat sekitar tiga pekan di rumah sakit akibat virus Corona.

Kingkin Suroso, purnawirawan Laksamana Muda yang pernah menjabat Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Laut (Danpuspomal) mengirimkan cerita bagaimana diri dan keluarganya melewati hari-hari bersama Covid-19 di RSAL Mintohardjo kepada Ayojakarta.

Berikut tulisan Kingkin Suroso:

Tepatnya Senin, 7 Desember 2020 saya diantar istri dan anak lelaki saya, Ammarullah (18 tahun) ke Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo di bilangan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Itulah ikhtiar saya mengusir virus Covid-19 yang sedang mampir ke tubuh ini.

Selagi saya masuk perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Covid-19, istri dan Aka, begitu Ammarullah biasa dipanggil, tes swab polymerase chain reaction (PCR).

Saya lantas mencoba untuk tracking beberapa kegiatan sebelumnya untuk cari tahu. Dari mana sih Covid-19 mulai tertarik dan kemudian ikut sama saya?

Tetapi, tetap saja tidak ketemu. Saya cuma bisa mereka-reka. Yang jelas, hari-hari sebelum ke IGD RSAL Mintohardjo, memang ada masa di mana kondisi fisik dan psikis saya menurun. Repotnya, kondisi itu terjadi justru saat saya sedang ada program check-up rutin jantung di sebuah RS. Mau tidak mau, pasti ada interaksi dan tatap muka saya dengan beberapa petugas RS.

Untuk CT Scan jantung, saya harus menjalani puasa 12 jam + 4 jam untuk proses tindakan dokter dalam ruangan yang sangat dingin. Jujur, saya merasa drop pada saat itu. Sekurangnya ada satu dokter dan lima perawat yang mengurusi saya. Nah, sepulang dari RS itu saya justru merasa lemas dan kurang sehat.

Pada 8 Desember pagi, Aka berangkat menjemput Damar, adiknya, di bandar udara Halim Perdanakusuma. Si bungsu perempuan saya, baru 16 tahun, itu baru pulang dari boarding school di SMA Taruna Nala Malang setelah lima bulan untuk mengikuti pendidikan dasar.

Semestinya, kepulangan Damar menjadi kebahagiaan tersendiri bagi keluarga utamanya bagi Damar dan ibundanya. Namun takdir berkehendak lain. Hari itu juga, saya mendapat berita hasil PCR istri juga positif sedangkan Aka negatif.

Waduh, gimana nih? Istri saya pun shock. Saya juga tidak tahu persis bagaimana momen pertemuan istri saya dengan Damar, buah hatinya.

Anda pasti akan bertindak seperti saya. Langsung meminta Aka secepatnya mengantar ibunya ke RSAL Mintohardjo. Sore hari mereka sudah sampai. Dan, malam itu kami berdua sudah berada dalam ruang rawat yang sama.

Tiga hari pertama saya demam luar biasa. Pada hari ke empat, alhamdulillah kondisi saya mulai stabil.

Sebelum itu, 9 Desember, saya minta Damar untuk tes swab antigen di RS Siloam. Benar saja, hasilnya poisitif. Terus terang, saya agak terganggu dengan kondisi itu. Bagaimana nggak khawatir. Kami suami istri di rumah sakit, ternyata anak saya juga positif.

Namun, kedua anak saya merasa yakin dan optimistis untuk isolasi mandiri di rumah. Dengan berbekal panduan dari berbagai sumber di media sosial, kedua anak saya melaksanakan isolasi mandiri. Tentu dengan kendali ketat dari saya. Mereka harus ini, harus itu dan sebagainya.

Ternyata, lagi-lagi takdir berkehendak lain. Pada 14 Desember, hasil tes swab PCR Aka dan Damar di RSAL Mintohardjo memperlihatkan hasil positif. Hari itu juga, kedua anak saya putuskan untuk bergabung dalam perawatan.

Kami berempat seperti menjadi ‘pemain sinetron berjudul Melepas Jerat Cinta C19 di P. Sangiang 5/1’. Hmm ini sih istilah saya saja. P. Sangiang itu maksudnya paviliun Pulau Sangiang, sedangkan 5/1 menunjuk ke lantai 5 kamar nomor 1.

Setelah melewati hari-hari dalam ‘jeratan cinta’ Covid-19, saya dapat merasakan dan menyimpulkan beberapa hal antara lain:

1. Kondisi kesehatan seseorang yang kurang prima ditambah perilaku sehari-hari yang kurang peduli sangat memungkinkan untuk terpapar barang aneh yang satu ini. Penyakit akut bawaan seseorang penderita Covid-19 apalagi pada kelompok lanjut usia (lansia) akan menjadi concern petugas RS karena situasinya dapat berubah dengan sangat tiba-tiba dan dapat berakibat fatal.

2. Setiap orang baik itu pasien, dokter, perawat, maupun kru RS sama-sama memerlukan kegembiraan dan semangat. Pagi, siang, dan sore tim perawat dengan pakaian astronaut, begitu istilah yang dipakai Damar, datang dengan sapaan gembira. Memberi semangat.

Kami, pasiennya, menimpali juga dengan rasa kebahagiaan meskipun ujung-ujungnya “pasti deh di suntik, diganti infus lagi.” Terkadang harus pindah lubang infus karena tangan yang satu sudah bengkak.

Dan kita tidak pernah melihat wajah cantik dan gantengnya para perawat, meskipun kita mengenali suaranya. Tiga kali sehari bagian pengantar makan dengan pakaian alat pelindung diri (APD) juga selalu datang tepat waktu. Begitu juga petugas kebersihan, yang tidak kalah aktif.

Saling menguatkan dan memberi semangat memang telah menjadi sebuah budaya. Cek temperatur, cek oksigen dalam darah dan tensi, secara teratur dan dicatat untuk mengetahui setiap detail perkembangan ‘sang aktor dan artis’ dari waktu ke waktu. Jika terasa sedikit sesak nafas (angka menunjukkan 95) maka diharuskan menggunakan ventilator.

3. Macam-macam obat diberikan. Pagi, siang dan malam baik berupa suntikan, infus maupun oral. Ada antivirus, pengecer darah, obat lambung, paracetamol, antibiotik, obat pencahar, obat nouse spray, obat kumur dan berbagai vitamin terutama C dan D.

Suplemen (di luar obat dari RS) ada Enervon C, Omega 3, Propolis, Biosyafa, 4life TF, Minyak Kayu Putih, Rheumason dan uang koin Rp1.000 buat kerokan ( jika diperlukan ).

Obat dan suplemen tersebut diarahkan untuk memperbaiki jaringan tubuh yang sakit dan mengembalikan kondisi stamina agar badan menjadi imun secara fisik. Hal ini dapat dipelajari dari pertanyaan yg selalu dilontarkan oleh para perawat dan dokter: “ada keluhan apa?”, “apa yang dirasakan?”

Memang akhirnya, respons dari keluhan-keluhan para pasien biasanya dalam bentuk pemberian obat, vitamin atau suplemen. Pernah saya mengeluh sulit buang air kecil, responsnya ya ultrasonography (USG) dan obat. Dan, keluhan saya pun teratasi.

4. Makanan dan minuman tidak menjadi persoalan. Di RSAL Mintohardjo kami mendapat makan yang bukan saja enak tetapi enak sekali. Boleh dibilang, jatah makan kami tidak pernah ada yang tersisa. Nasi hangat, olahan daging, ayam, telur, tahu, tempe dan berbagai sayuran. Ada buah semangka, melon, pisang dan jeruk, roti, pudding dan bubur kacang ijo.

Cuma, ada satu sih yang kurang. Kami tidak pernah bertemu dengan yang namanya sambel. Kecuali jika curi-curi pesan steak Abuba, nah baru ada sambalnya. Uenak sekali, hehehe. Dan suster biasanya cuma senyum-senyum aja melihat ada pasien makan sambal. Mungkin itu bagian dari membahagiakan sesama agar ketemu imunitas tubuh.

Kami juga mengonsumsi aneka buah seperti sunkist, jeruk, apel, kiwi, pier, pisang, dan bawang putih mentah. Hmm, harusnya sih yang terakhir ini bukan masuk buah-buahan ya?

Adapun minumannya antara lain susu beruang alias Bear Brand, susu Ultra full cream, Hemaviton, You C1000, Lemon C1000, Orange C1000, Apel C1000 dan banyak minum air mineral. Oya, tambah teh manis hangat dan madu.

Jika dilihat dari makanan dan minuman, semuanya bergizi. Tentu tujuannya agar kami sehat dan imunitas serta daya tahan tubuh meningkat. Dan lagi pula, di rumah belum tentu ada lho, hehehehe.

5. Tes swab secara berkala untuk mengetahui apakah bintang tamu, si ‘C19’, masih ada atau tidak. Inilah hasil yang sangat ditunggu-tunggu oleh para pasien dan all crew RS: Swab PCR, Lab/darah dan Rontgen paru2 yang (-) alias negatif Covid-19. Itu artinya sudah aman terkendali.

6. Waktu yang panjang dan membosankan di RS ternyata juga menjadi cambuk dan terompet bagi kami untuk bangun malam dan meningkatkan kewajiban kita kepada Sang Khalik. Shalat dan dzikir menjadi bagian dari upaya untuk menenangkan hati dan pikiran serta menguatkan iman dan takwa.

7. Pada waktu-waktu senggang, chating di WhatsApp dan YouTube menjadi hiburan segar. Doa-doa dan guyonan para handai taulan di grup WA terasa begitu membahagiakan. Lantas tayangan Youtube yang menghibur bahkan rekaman2 religi bisa sebagai pengantar istirahat dan menambah ketenangan jiwa.

Itu semua akan menambah imunitas tubuh sebagai sebuah prasarat keberhasilan seseorang lepas dari ‘jerat cinta Covid-19’. Jika badan sudah imun, Inshaa Allah sudah aman.

Semua yang saya tuliskan di atas tentunya semata hanya sebuah ikhtiar sebagai manusia biasa. Keputusannya tetap pada Sang Pencipta. Masuknya saya ke ruang ikhtiar disusul istri dan anak-anak, ternyata adalah sebuah teguran dan sebuah cambuk untuk memperbaiki ibadah dan ketakwaan.

Dalam penantian panjang Allah memberi tempat, waktu, kesempatan bahkan suasana yang sangat memungkinkan kita terpanggil untuk memperbaiki sujud kita kepada-Nya. Karena hidup mati adalah hak dan kehendak-Nya, maka seimun dan seaman apapun, tidak ada yang bisa memastikan apakah saya atau seseorang bisa melihat rumah tinggalnya lagi setelah ini. Allohu A’lam. Maka salah satu yg wajib dilakukan adalah meningkatkan kadar iman dan takwa kita kepada Tuhan.

Simpulan penting yang perlu dipahami bersama adalah “kenapa imunitas menjadi yang utama?”

Ternyata, apa yang dilakukan Tim Medis dan kru RS bukanlah untuk membunuh virus Covid-19 atau untuk menyembuhkan penyakit Covid-19. Karena sampai saat ini belum ada obat untuk itu.

Yang dilakukan Tim Medis, kru RS, pasien dan didukung para supporter adalah untuk meniadakan media hidup Covid-19.

Apa itu media hidup Covid-19? Ya, tubuh yang tidak sehat dan tidak imun. Konsentrasi tim medis adalah menyembuhkan berbagai penyakit yang diderita pasien melalui pemberian obat, suplemen dan makanan sehat.

Jika tubuh sudah sehat dan imun maka dengan sendirinya media hidup Covid-19 berkurang bahkan tidak ada lagi. Itu barang (Covid-19) langsung punah, kembali ke habitatnya atau cari jodoh yang lain yakni orang yang mengabaikan pesan ibu.

Oh iya. Ada hal lain juga yang bisa saya sampaikan dan perlu untuk dilakukan.

1. Jangan pernah takut sama C19, tetapi juga jangan menyepelekan ‘Jerat Cinta Covid-19’. Dia antara ada dan tiada. Di mana, kapan, dan bagaimana kedatangannya, tidak bisa dipastikan. Ketika sudah sampai ke tubuh, Covid-19 bisa menimbulkan mimpi buruk dan bencana bagi diri, keluarga, dan siapa saja jika tidak mendapat penanganan semestinya. Ikuti saja ‘Pesan Ibu’ selalu Pakai Masker, Cuci Tangan/Hidup Sehat, dan Jaga Jarak/Jauhi Kerumunan.

2. Menyapa dan mendoakan mereka yang kesulitan atau yang sedang dalam perawatan. Karena doa ibarat mukjizat, dan dampak doa adalah kebaikan bagi diri sendiri dan bagi yang didoakan. Jangan sedih dan kecewa kalau di grup WA terkadang sapaan dan doan hanya dijawab dengan stiker. Tak apa, mungkin yang bersangkutan sedang istirahat. Teruslah berkomunikasi selagi masih diberi waktu, mudah-mudahan tercatat sebagai ibadah.

3. Jika Anda bermaksud memberi saran tentang sesuatu misalnya “air kelapa sangat bagus untuk membantu meningkatkan kebugaran tubuh”, seyogyanya, paralel dengan saran tersebut, air kelapanya besok siang sudah ada ruangan sahabat tercinta. Kasihan kan, sudah diisolasi, harus pusing cari the gun alias kelapa muda.

Alhamdulillah, berkat dukungan, doa, sapaan, kebersamaan bersama sobat-sobat dalam 3 minggu terakhir, Selasa 29 Desember 2020 hasil swab PCR, lab/darah dan rontgen paru-paru saya dinyatakan negatif Cocid-19. Artinya, atas seizin Allah SWT, ‘Jerat Cinta Covid-19’ sudah bisa diurai dan mereka kembali kehabitatnya atau punah. Saya sudah dinyatakan sehat dan bisa kembali ke rumah.

Namun demikian masih ada tugas saya untuk memberi semangat kepada istri dan dua anak saya yang masih menunggu hasil negatif Covid-19. Dalam rangka tugas ini saya juga harus tetap menjaga imunitas tubuh dengan mengkonsumsi obat, suplemen dan makanan sehat.

Saya dan keluarga menyampaikan syukur, dan terima kasih yang tulus kepada almamaterku TNI AL, RSAL Mintohardjo dengan segenap kru, mentor-mentor, sahabat, dan handai taulan atas dukungan, doa, sapaan, candaan dan dorongan semangat bahkan kiriman lagu-lagu nostalgianya.

Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan kebahagiaan, serta bimbingan dan perlindungan kepada ‘all of you’ para penyemangatku.

Salam sehat

Salam sehat: Kingkin & Fam.

(*/lk)

Komentar